Page 174 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 174

Sanksi  skorsing  dijatuhkan  karena  kedua  perusahaan  tersebut  terbukti  melakukan  berbagai
              pelanggaran dalam proses penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI).
              "Sanksi skorsing diberikan sebagai salah satu upaya Kemnaker untuk meningkatkan pelindungan
              PMI  dan  melakukan  pengawasan  yang  lebih  baik  terhadap  P3MI,"  kata  Dirjen  Pembinaan
              Penempatan  Tenaga  Kerja  dan  Perluasan  Kesempatan  Kerja  (Binapenta  &  PKK)  Kemnaker,
              Suhartono melalui keterangan tertulis, Selasa (20/10/2020).

              Suhartono  mengungkapkan,  PT  BM  diberikan  sanksi  karena  terbukti  melakukan  pelanggaran
              dengan  menempatkan  83  PMI  tidak  sesuai  jabatan  dan  jenis  pelanggaran  sebagaimana
              tercantum dalam perjanjian kerja, serta tidak memenuhi hak-hak PMI yang seharusnya diterima.
              Sedangkan PT ASR dijatuhkan sanksi atas pelanggaran yang sama terhadap 16 PMI.

              "Sanksi kepada dua perusahaan ini berdasarkan Permenaker Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata
              Cara Pengenaan Saksi Administratif Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Pelindungan PMI dan
              UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, " ujar Suhartono.
              Suhartono  menambahkan,  agar  sanksi  berjalan  efektif,  pihaknya  akan  berkoordinasi  dengan
              Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Imigrasi, dan Dinas yang bertanggung
              jawab di bidang Ketenagakerjaan provinsi, kabupaten/kota, serta stakeholder terkait.

              Ditambahkan, Kemnaker terus berkomitmen meningkatkan pelindungan terhadap PMI dengan
              melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan penempatan.

              "Kemnaker akan menindak tegas terhadap setiap pelanggaran, dan akan menindaklanjuti setiap
              bentuk pelanggaran pidana ketenagakerjaan melalui Kordinasi dengan kepolisian," ujarnya.

              Suhartono mengungkapkan, sejak tahun 2012 sampai Maret 2020, Kemnaker telah melakukan
              skorsing atau pembekuan terhadap 505 P3MI.
              Masalah  utama  penyebab  diskorsingnya  P3MI  adalah  menempatkan  ke  Hong  Kong  tanpa
              mendaftarkan PMI di Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN), merekrut
              calon  PMI  tanpa  Surat  Izin  Perekrutan  (SIP),  dan  tidak  memberikan  pelindungan  sesuai
              perjanjian penempatan.

              Sejak tahun 2012 sampai Maret 2020, Kemnaker juga sudah mencabut sebanyak 252 P3MI.

              "Tiga masalah yang mendominasi yakni tidak menambah bilyet deposito sebesar Rp1,5 miliar
              sesuai dengan Permenaker Nomor 10 Tahun 2019, terlambat mengajukan perpanjangan, dan
              merekrut serta menempatkan secara unprosedural, " kata Suhartono.
























                                                           173
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179