Page 8 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 8

Ia mengatakan buruh sudah mengatur ritme aksi sampai tuntutannya terkabulkan. "Konsolidasi
              itulah yang akan menentukan kapan kami bergerak dan berhenti sementara. Tapi, secara prinsip,
              perlawanan akan terus kami lakukan," katanya, kemarin.

              Jumisih mengatakan buruh dapat memobilisasi diri secara tertib dan damai. Fakta itu sekaligus
              menampik tudingan pemerintah bahwa organisasi penolakan omnibus law ditunggangi kelompok
              tertentu.

              Demonstrasi berbagai elemen masyarakat, seperti buruh, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat
              sipil,  berlanjut  di  berbagai  daerah,  kemarin.  Selain  di  Ibu  Kota,  unjuk  rasa  berlangsung  di
              sejumlah daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi, Bima,
              dan Sumatera Utara.

              Serikat pekerja yang akan terus melanjutkan penolakan omnibus law bukan hanya KPBI, tapi
              juga beberapa lembaga-yang tergabung dalam aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak),
              seperti Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI).
              Ketua Umum KASBI, Nining Elitos, mengatakan lembaganya diajak pemerintah untuk membahas
              aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja. Namun mereka menolak ajakan tersebut karena
              seharusnya  dialog  itu  dilakukan  sejak  perumusan,  persiapan,  hingga  pembahasan  undang-
              undang.  "Kami  tetap  mendesak  dibatalkannya  Undang-Undang  Cipta  Kerja  yang  sejatinya
              mencelakakan rakyat dan bangsa," kata Nining.

              Secara terpisah, Ketua Departemen Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
              (KSPI), Kahar S. Cahyono, mengatakan lembaganya tidak ikut berunjuk rasa kemarin karena
              memilih melalaikannya pada hari berbeda. Mereka berencana mempersiapkan unjuk rasa yang
              lebih besar. "Aksi pasti akan kami lakukan," katanya.

              Selain  berunjuk  rasa,  kata  Kahar,  KSPI  berencana  meminta  legislative  remew  kepada  DPR,
              executive review kepada pemerintah, serta uji materi -ke Mahkamah Konstitusi. Legislative dan
              executive review rencananya diajukan pada pekan ini.

              Kahar  juga  menegaskan  bahwa  lembaganya  tidak  mungkin  ikut  merancang  aturan  turunan
              Undang-Undang  Cipta  Kerja  karena  sikap  mereka  sejak  awal  adalah  menolak  omnibus  law
              tersebut. Mereka tidak ingin digunakan sebagai stempel dan alat legitimasi
              oleh  pemerintah  seperti  ketika  KSPI  terlibat  dalam  pembahasan  kluster  ketenagakerjaan
              Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja bersama DPR. "Dengan DPR ada empat kesepahaman,
              tapi tidak diakomodasi," ujarnya.

              caption-

              Aksi dari berbagai elemen masyarakat di kawasan Merdeka Barat, Jakarta, 20 Oktober 2020



















                                                            7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13