Page 32 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 MEI 2021
P. 32

“Kampanye  negatif  sawit  di  sektor  tenaga  kerja  sangat  merugikan  semua  pihak.  Tanpa
              penanganan yang baik, kampanye tadi bisa merusak kontribusi sawit terhadap negara. Padahal,
              peranan sawit telah terbukti menyerap 16 juta tenaga kerja,” ujar Haiyani Rumondang, Direktur
              Jenderal  Pembinaan  Pengawasan  Ketenagakerjaan  dan  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja
              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dalam dialog webinar bertemakan "Bedah UU Cipta
              Kerja Bagi Sawit Borneo Berkelanjutan", Kamis (6/5/2021).

              Ia berpendapat UU Cipta Kerja harus dipandang positif karena memperbaiki, menyempurnakan,
              dan melindungi pihak pengusaha maupun pekerja. Sebab, UU Cipta Kerja menjawab masalah
              upah rendah, jam kerja panjang, perlindungan hak pekerja, buruh kerja harian lepas, perjanjian
              kerja waktu tertentu, mencegah pekerja anak, dan melindungi pekerja perempuan dari tindakan
              kekerasan. Seluruh persoalan tersebut kerap kali diangkat untuk menyerang sawit.

              Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator
              Bidang Perekonomian sangat sepakat bahwa perubahan yang tertuang dalam UU Cipta Kerja
              idealnya  disikapi  positif  oleh  pelaku  usaha  dan  pekerja.  Implementasi  regulasi  akan
              meningkatkan daya saing Indonesia, kemudahan perizinan, dan membuka peluang ekspor.
              “UU Cipta Kerja akan meningkatkan keberterimaan produk sawit Indonesia di pasar global dan
              memperkuat citra positif kelapa sawit berkelanjutan. Termasuk dengan menerapkan kewajiban
              ISPO  (Indonesia  Sustainable  Palm  Oil)  yang  telah  mengadopsi  12  target  SDG's  (Sustainable
              Development Goals) dari 17 target,” jelasnya.
              Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan
              industri  sawit  selama  tiga  tahun  terakhir  menghadapi  gempuran  kampanye  negatif  yang
              berkaitan dengan ketenagakerjaan. Kalau dulu, kampanye negatif memakai isu orang hutan dan
              lingkungan, tetapi sekarang isunya beralih ke pekerja perempuan dan anak.

              “Semakin  ke  sini  serangan  terhadap  kampanye  semakin  spesifik.  Sekarang,  bukan  lagi
              industrinya yang diserang. Melainkan perusahaan menjadi objek kampanye negatif,” ungkapnya.

              Joko  menyarankan  perlunya  memanfaatkan  UU Cipta kerja  untuk  memperbaiki  keadaan  dan
              meminimalkan resiko atas kampanye tersebut. Ada tiga prasyarat yang perlu dijalankan pelaku
              usaha untuk mengadopsi UU Cipta Kerja.

              Pertama,  pelaku  usaha  dan  pekerja  menyamakan  persepsi  terhadap  UU  Cipta  Kerja  dan
              peraturan pelaksana. Kedua, pembinaan hubungan industrial menjadi prioritas tidak ada pilihan
              lain bahwa pemberi kerja dan pekerja harus harmonis.

              Ketiga, pelaku usaha harus memperbaiki praktek ketenagakerjaan yang baik sesuai regulasi.
              Dalam konteks sustainability, maka aspek ketenagakerjaan menjadi penting sebagaimana diatur
              prinsip dan kriteria ISPO.

              Nursanna  Marpaung,  Sekretaris  Eksekutif  Jejaring/Serikat  Pekerja  Buruh  Sawit  Indonesia
              mengatakan organisasinya telah membangun kerjasama yang baik dengan Gapki semenjak 2017
              melalui serangkaian kegiatan seperti pelatihan dan workshop bersama di beberapa wilayah dan
              riset tentang pekerja perempuan bersama HUKATAN.













                                                           31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37