Page 37 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 MEI 2021
P. 37

Dengan  bersikap  transparan,  kata  dia,  buruh  akan  mengetahui  apakah  perusahaan  tersebut
              betul-betul kesulitan dalam hal keuangan atau hanya sebatas akal-akalan untuk menunda atau
              tidak membayar kewajiban kepada karyawan.



              ORI: LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN HARUS TRANSPARAN BAYAR THR

              Ombudsman  Republik  Indonesia  (ORI)  meminta  perusahaan-perusahaan  di  Tanah  Air  agar
              bersikap transparan soal laporan keuangan dalam dua tahun terakhir kepada buruh, pekerja,
              atau karyawan bila terkendala membayar tunjangan hari raya (THR). "Perusahaan harus trans-
              paran  menunjukkan  laporan  keuangan  kepada  karyawan  apabila  memang  kondisi  keuangan
              sedang sulit," kata anggota Ombudsman RI Robert Na Endi Jaweng di Jakarta, kemarin (3/5).

              Dengan  bersikap  transparan,  kata  dia,  buruh  akan  mengetahui  apakah  perusahaan  tersebut
              betul-betul kesulitan dalam hal keuangan atau hanya sebatas akal-akalan untuk menunda atau
              tidak membayar kewajiban kepada karyawan.

              Kendati  demikian,  dia  mengatakan  apakah  perusahaan-perusahaan  di  Tanah  Air  betul-betul
              masih kesulitan. Padahal, pemerintah telah memberikan sejumlah bantuan atau relaksasi untuk
              mendorong percepatan roda per-ekonomian."Perlu juga dilihat, apakah semua perusahaan yang
              sudah dalam kondisi baik," ujarnya seperti dikutip Antara.

              Menurut  dia,  jika  perusahaan  bersikap  transparan  dan  memang  dalam  keadaan  sulit  secara
              finansial, para buruh akan memahaminya.

              Pada kesempatan itu, Ombudsman juga meminta agar sosialisasi Surat Edaran Nomor M/6H-
              K.04/IV/2021  terkait  THR  keagamaan  yang  dikeluarkan  oleh  Kementerian  Ketenagakerjaan
              (Kemnaker) lebih dimasifkan.
              "Kami melihat sosialisasi terkait dengan surat edaran ini belum begitu masif," katanya. Bahkan,
              masih ada pemerintah daerah dan juga perusahaan yang mungkin belum menerima informasi
              secara penuh SE Nomor M/6HK.0-4/IV/2021 tentang THR.

              Dikhawatirkan ada pihak-pihak yang salah dalam menafsirkan surat edaran itu sehingga dapat
              merugikan buruh, pekerja, atau karyawan."Jadi, sosialisasi ini penting sebab tanpa persepsi yang
              sama maka tindakan yang diambil pemerintah daerah maupun perusahaan bisa berbeda pula,"
              katanya.
              Kemudian  Ombudsman  Republik  Indonesia  (ORI)  menilai  surat  edaran  (SE)  nomor  M/6.H-
              K.04/1V/2021 terkait tunjangan hari raya (THR) keagamaan yang dikeluarkan oleh Kementerian
              Ketenagakerjaan (Kemnaker) multitafsir.

              "Kami menyambut baik, namun hanya saja isi dari surat tersebut yang membuat multitafsir di
              lapangan," kata Robert.

              Dalam surat tersebut terdapat ketegasan bahwa perusahaan wajib membayar THR paling lambat
              tujuh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Artinya, mulai Kamis (6/5) seharusnya perusahaan sudah
              mulai  membayar  kewajibannya.  "Kita  akan  melihat  apakah  pihak  perusahaan  tepat  waktu
              membayar kewajiban sesuai surat tersebut," katanya.

              Sementara,  di  sisi  lain  ada  semacam  keringanan  yang  diberikan  oleh  pemerintah  kepada
              perusahaan-perusahaan yang tidak mampu membayar THR. Bagi perusahaan yang tidak mampu
              diberikan dua pilihan. Pertama, pembayaran THR paling lambat H-1 sebelum Idul Fitri dan kedua
              bagaimana dengan karyawan yang setelah Lebaran pun tidak menerima THR dari perusahaan.



                                                           36
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42