Page 131 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 131

"Alokasi aset telah memperhatikan aspek pengelolaan  risiko yang relatif baik. Secara
              garis besar, investasi dimulai dengan strategi mengalokasikan dana investasi ke dalam
              beberapa kelas aset sesuai tujuan investasi, saham, reksadana, deposito, obligasi dan
              bahkan properti serta penyertaan langsung," bebernya dalam keterangan tertulis, Jumat
              (12/3/2021).


              Lanjut Sembel, dalam masing-masing kelas asset, dilakukan strategi pemilihan sekuritas
              (securities  selection)  atau  manager  investasi  yang  cocok  dengan  tujuan  investasi.
              Pemilihan  manager  investasi  juga  relatif  ketat,  syaratnya  harus  mempunyai  dana
              kelolaan  minimal  Rp  1,5  triliun.  Jika  data  portofolio  sahamnya  diinvestasikan  pada
              saham-saham LQ-45, artinya isi portfolio sahamnya dominan terdiri dari saham-saham
              berkapitalisasi pasar besar dan relatif likuid.

              Penurunan dan kenaikan harga saham sangat tergantung pada perkembangan pasar
              modal di Indonesia.


              "Kerugian yang terjadi (yang masih belum direalisasikan atau disebut unrealized loss)
              masih  sejalan  dengan  perkembangan  pasar  saham  Indonesia  hal  itu  tercermin  dari
              pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdampak krisis pandemi dan
              resesi ekonomi," tambah dia.

              Unrealized loss bisa naik turun sesuai dengan naik turunnya IHSG. Misalnya, paada saat
              IHSG di level 5.979 (31 Desember 2020) unrealized loss yang terjadi mencapai Rp 22,308
              triliun, tapi ketika IHSG di level 6.429 (20 Januari 2021) lalu, unrealized loss menurun
              menjadi  Rp14,417  triliun  atau  2,91  persen  dari  total  portofolio  Rp  495  triliun,  yang

              mayoritas disebabkan penurunan kinerja emiten BUMN. Naik turun akan terjadi sesuai
              dengan pergerakan harga saham.

              "Bukan tak mungkin, ketika IHSG di level 7.000, bukan unrealized loss, tapi bisa berbalik
              arah menjadi unrealized gain. Hal ini bisa dilihat naik turunnya potensial loss itu sangat
              tergantung dari pergerakan IHSG. Ada banyak faktor yang menyebabkan naik turunnya
              harga saham, namun yang paling penting sahamnya likuid dan mempunyai kapitalisasi
              pasar yang besar dan hal itu yang menjadi portofolio saham BPJS Ketenagakerjaan,"
              kata Sembel.


              Berbeda  dengan  Jiwasraya.  Portofolio  saham-saham  Jiwasraya  termasuk  golongan
              saham kualitas rendah, tidak likuid dan mempunyai kaplitalisasi pasar yang kecil. Banyak
              orang menyebut saham-saham 'gorengan'.

              "Jelas  hal  ini  berbeda,  meski  tampak  sama.  Banyak  perbedaan  riil  antara  kerugian
              Jiwasraya  yang  sudah  realized  loss  dengan  unrealized  loss  seperti  di  BPJS
              Ketenagakerjaan  Hal  yang  mendasar  terjadi,  seperti  persyaratan  pemilihan  manager

              investasi.  Di  BPJS  Ketenagakerjaan  sangat  ketat,  sementara  di  Jiwasraya  longgar,"
              imbuh dia.



                                                           130
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136