Page 193 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 193

Roy mengemukakan, banyak faktor yang mengakibatkan naik turunnya harga saham.
              "Yang paling penting sahamnya likuid dan punya kapitalisasi pasar yang besar. Itu yang
              menjadi portofolio saham BP Jamsostek," ujar dia.

              Perihal  portofolio  reksa  dana,  Roy  Sembel  mengatakan,  BP  Jamsostek  juga  telah

              menjalankan prinsip diversifikasi dan tetap memenuhi aturan, yaitu maksimum 50% dari
              total porsi dana dan maksimum 15% untuk satu MI. "Proses dan underlying produk reksa
              dana ini pun jelas dan berbeda dengan yang terjadi di Jiwasraya," tutur dia.

              Mengenai BP Jamsostek menjadi mayoritas dan investor tunggal dalam suatu reksa dana,
              Roy  menjelaskan,  itu  bisa  terjadi  jika  MI  telah  menawarkan  reksa  dana  melalui
              penawaran umum, namun menghasilkan sedikit investor, atau bahkan investor tunggal.

              "Bisa jadi pula karena fee yang ditetapkan BP Jamsostek hanya 1%. Ini wajar saja karena
              portofolionya besar. Di pasar, reksa dana umumnya mengenakan fee sebesar 2-4%,"

              ujar dia.

              Berbeda  dengan  Jiwasraya  Berkaca  pada  berbagai  kajian  tersebut,  Roy  Sembel
              menegaskan,  unrealized  loss  di  BP  Jamsostek  berbeda  dengan  kerugian  portofolio
              investasi pada kasus Jiwasraya. "Portofolio saham-saham Jiwasraya termasuk golongan
              saham  berkualitas  rendah,  tidak  likuid,  dan  market  cap  -nya  kecil.  Orang-orang
              menyebutnya saham-saham 'gorengan'," tandas dia.


              Kecuali  itu,  ada  perbedaan  mendasar  antara  BP  Jamsostek  dan  Jiwasraya  dalam
              menetapkan persyaratan pemilihan MI. "Di BP Jamsostek persyaratannya sangat ketat,
              sedangkan di Jiwasraya longgar," kata dia.

              Perbedaan lainnya menyangkut alokasi aset. Porsi saham dan reksa dana di Jiwasraya,
              misalnya, lebih dari 91% per 31 Desember 2019. Adapun di BP Jamsoste, porsi saham
              dan reksa dana pada 31 Desember 2020 hanya 23,56%. "Berdasarkan data tersebut
              jelas  terlihat  bahwa  strategi  alokasi  aset  antara  BP  Jamsostek  dan  Jiwasraya  sangat
              berbeda," ucap Roy.


              Begitu pula dari sisi portofolio saham Jiwasraya dan BP Jamsostek. Portofolio saham BP
              Jamsostek  termasuk  saham  berkualitas  bagus  dan  likuid,  dengan  market  cap  besar.
              "Saham-saham  portofolio  BP  Jamsostek  adalah  saham-saham  blue  chips,
              berfundamental bagus, berbeda dengan di Jiwasraya secara umum," tutur dua.

              Dari  sisi  likuiditas  pun,  menurut  Roy  Sembel,  keduanya  memiliki  perbedaan  yang
              mencolok. Kondisi keuangan BP Jamsostek masih likuid. Pembayaran klaim masih lancar
              dan tidak ada gagal bayar seperti di Jiwasraya. Selain itu, selama lima tahun terakhir,

              BP Jamsostek membukukan keuntungan Rp 137 triliun. Sekitar Rp 33 triliun di antaranya
              dari saham dan reksa dana.






                                                           192
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198