Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 22

DATA BELUM PADU, PENGAWASAN TERBATAS

              Basis data yang lengkap dan terintegrasi berperan penting Dalam mengawasi dan menegakkan
              hukum  ketenagakerjaan.  Namun,  jumlah  perusahaan  yang  menyampaikan  wajib  lapor
              ketenagakerjaan perusahaan secara Dalam jaringan melalui Sistem Informasi Ketenagakerjaan
              masih terbatas.

              Padahal, nantinya Sistem Informasi Ketenagakerjaan (Sisnaker) akan dijadikan patokan tunggal
              untuk program perlindungan pekerja. Program itu antara lain Jaminan Kehilangan Pekerjaan,
              insentif pajak penghasilan (PPh 21), dan Kartu Prakerja.

              Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan, data yang belum
              padu mengakibatkan pengawasan dan penegakan hukum ketenagakerjaan belum optimal.

              "Pendataan  sudah  ada,  tetapi  selama  ini  sifatnya  sukarela.  Hal  ini,  salah  satunya,  yang
              menyebabkan pemantauan dan inspeksi belum optimal, sedangkan jumlah perusahaan semakin
              banyak," kata Anwar saat dihubungi di Jakarta, Minggu (14/3/2021).

              Menurut data portal wajib lapor Kemenaker, hingga 11 Maret 2021, ada 344.678 perusahaan
              yang  sudah  mendaftarkan  Wajib  Lapor  Ketenagakerjaan  Perusahaan  (WLKP)  secara  daring.
              Jumlah  itu  jauh  dari  jumlah  perusahaan  yang  dicatat  Badan  Pusat  Statistik  Dalam  Sensus
              Ekonomi 2016, yakni 26,71 juta perusahaan. Sensus diperbarui per 10 tahun.

              Mengacu  pada  data  BP  Jamsostek  per  September  2019,  sebanyak  646.908  perusahaan
              mendaftarkan pekerja di program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. Targetnya,
              pada  2021,  sebanyak  2  juta  perusahaan  sudah  mendaftarkan  kondisi  ketenagakerjaan  ke
              Sisnaker.

              Anwar menduga kepatuhan terhitung rendah karena belum banyak manfaat dari mendaftarkan
              informasi  ketenagakerjaan  perusahaan.  Kondisi  ini  diyakini  akan  berubah  karena  program-
              program  ketenagakerjaan  yang  mengandalkan  pendataan  Sisnaker  akan  semakin  banyak.
              Program itu di antaranya Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang mulai berlangsung, insentif
              pajak penghasilan, dan Kartu Prakerja.

              "Pengawasan melalui pendataan Sisnaker juga akan melekat menjadi indikator kinerja direktorat
              jenderal di Kemenaker; dijadikan barometer. Pengawasan seharusnya lebih optimal," ujar Anwar.

              Pekerjaan rumah
              Direktur  Jenderal  Pembinaan  Pengawasan  Ketenagakerjaan  dan  Keselamatan  dan  Kesehatan
              Kerja (Binawasnaker dan K3) Kemenaker Haiyani Rumondang mengatakan, pendataan WLKP
              lebih lengkap secara daring menjadi salah satu pekerjaan rumah Kemenaker paling mendesak.
              "Ke depan pelaporan secara manual sudah tidak lagi dilakukan.
              Hal ini sesuai kebijakan pemerintah yang mendorong seluruh layanan publik terintegrasi Dalam
              teknologi online single submission atau OSS," ujar Haiyani.

              Melalui sistem perizinan usaha terintegrasi secara elektronik atau OSS, pengguna jaringan dapat
              mengakses informasi secara lengkap lewat satu akun.

              Sistem pendataan terpadu diharapkan memperketat pengawasan ketenagakerjaan. Selama ini,
              pengawasan ketenagakerjaan belum optimal akibat pendataan yang lemah serta sumber daya
              manusia yang terbatas.

              "Harapannya,  pengawas  ketenagakerjaan  dan  penguji  K3  sebagai  garda  terdepan  Dalam
              penegakan  hukum  bidang  ketenagakerjaan  dan  pelayanan  pengujian  lingkungan  kerja  lebih
              berani melakukan perubahan," kata Haiyani.
                                                           21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27