Page 228 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 228
negative - Roy Sembel (Juri Investor Awards 2020) Jelas hal ini berbeda, meski tampak
sama. Banyak perbedaan riil antara kerugian Jiwasraya yang sudah realized loss dengan
unrealized loss seperti di BPJAMSOSTEK. Hal yang mendasar terjadi, seperti persyaratan
pemilihan manager investasi. Di BPJAMSOSTEK sangat ketat, sementara di Jiwasraya
longgar
neutral - Roy Sembel (Juri Investor Awards 2020) Jadi, kerugian portofolio saham
BPJAMSOSTEK masih di atas kertas yang wajar sebagai risiko investasi, dan bisa kembali
untung sejalan dengan membaiknya ekonomi setelah Pandemi Covid-19. Unrealized loss
ini tidak logis dikategorikan sebagai kerugian hasil manipulasi yang berpotensi pidana.
Lebih pada risiko bisnis yang sudah dikalkulasi dengan baik
Ringkasan
Unrealized loss pada portfolio investasi saham BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berbeda
dengan kasus kerugian Jiwasraya. Unrealized loss BPJS TK adalah wajar sebagai risiko
wajar dari investasi saham di pasar modal, dan bisa kembali untung saat pasar kembali
ke level sebelum pandemi Covid-19.
EKONOM SEBUT UNREALIZED LOSS BPJAMSOSTEK MASIH WAJAR SEBAGAI
RISIKO INVESTASI
Profesor Keuangan Investasi IPMI International Business School, Roy Sembel, menguliti
fenomena unrealized loss (UL) yang kini menjadi momok yang menakutkan karena
berpotensi menjadi ancaman kriminalisasi sehingga sangat menakutkan bagi dunia
investasi setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) RI melakukan penyidikan terhadap BPJS
Ketenagakerjaan atau BPJAMSOSTEK.
Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikagetkan dengan tuduhan kerugian tidak wajar,
yang berpotensi pidana pada UL portofolio saham BPJAMSOSTEK.
"Kerugian ini, terkesan dipaksakan, seolah sama dengan kerugian dalam kasus Jiwasraya
yang menghebohkan beberapa waktu sebelumnya. Padahal, hasil kajian menunjukkan
bahwa proses investasi portofolio BPJAMSOSTEK sudah prudent dan sesuai kaidah-
kaidah investasi. Alokasi aset telah memperhatikan aspek pengelolaan resiko yang relatif
baik. Secara garis besar, investasi dimulai dengan strategi mengalokasikan dana
investasi ke dalam beberapa kelas aset sesuai tujuan investasi, saham, reksadana,
deposito, obligasi dan bahkan properti serta penyertaan langsung," bebernya dalam
keterangan tertulis.
227