Page 319 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 AGUSTUS 2020
P. 319

Dalam  UU  No  13/2003,  RPTKA  mensyaratkan  harus  dilaporkan  bahwa  tka  wajib  didampingi
              tenaga  kerja  lokal  sebagai  pendamping  agar  keluar  surat  izin  tertulis  menteri.  Tapi  dalam
              omnibus law, TKA bekerja dulu baru dilaporkan menyusul tenaga lokal pendamping tanpa harus
              ada surat izin menteri, jadi mudah sekali buruh kasar TKA bekerja di Indonesia.

              Menurut Said Iqbal, KSPI dan KSPSI AGN serta 32 federasi serikat pekerja lainnya seperti FSP
              LEM,  RTMM,  TSK,  FSPI,  PPMI  98,  FSPMI,  SPB,  FSP  KEP,  ASPEK  Indonesia,  dan  yang  lain
              mengapresiasi kerja dari pimpinan DPR. Khususnya Wakil Ketua Sufmi Dasco, dan pimpinan serta
              anggota Panja Baleg RUU Cipta Kerja DPR RI, yaitu Supratman, Willy Aditya, Sturman, Arteria
              Dahlan, Heri Gunawan, Lamhot, Guspardi, Obon Tabroni, dan lain lain yang telah menampung
              aspirasi KSPI dan serikat buruh lainnya yang menolak omnibus law klaster ketenagakerjaan draft
              pemerintah.

              DPR  RI  dan  Serikat  Pekerja  sepakat  untuk  membahas  aspirasi  buruh  tersebut  dengan
              membentuk tim bersama atau tim perumus.

              "Aksi 25 Agustus ini, selain menyampaikan tuntutan, juga memberikan dukungan kepada DPR
              RI yang telah bekerja sungguh sungguh memenuhi harapan buruh agar bisa didengar," tegas
              Said Iqbal.

              Adapun harapan buruh yang disampaikan dalam tim perumus bersama tersebut adalah, agar
              klaster  ketenagakerjaan  dikeluarkan  dari  RUU  Cipta  Kerja.  Atau  setidaknya,  UU  No  13/2003
              tentang ketenagakerjaan tidak dirubah atau direvisi sedikitpun. Jadi UU No 13/2003 tetap berlaku
              seperti  sekarang,  termasuk  didalamnya  semua  putusan  MK  yg  sudsh  final  terhadap  UU  No
              13/2003 tsb tidak boleh dirubah .

              "Kalaulah ingin memasukkan perihal ketenagakerjaan kedalam omnibus law , maka sebaiknya
              memasukan  tentang  perihal  pengawasan  ketenagakerjaan  agar  lebih  kuat,  meningkatkan
              produktivitas melalui program pendidikan dan pelatihan, atau segala sesuatu yang belum diatur
              dalam  UU  No  13/2003,  seperti  pekerja  industri  start  up,  UMKM,  dan  transportasi  online,"
              tambahnya.
              Sekali  lagi  Said  Iqbal  menegaskan,  aksi  ini  adalah  juga  untuk  mendukung  sekaligus
              mengapresiasi DPR RI yang sudah mengambil langkah membentuk tim perumus bersama 32
              kofederasi dan federasi Serikat Pekerja.

              "Tentu KSPI setuju investasi harus lebih banyak masuk ke Indonesia, hambatan yang ada harus
              ditiadakan  dan  dipermudah.  Tetapi  secara  bersamaan,  perlindungan  bagi  buruh  yang  paling
              minimal dalam UU No 13/2003 tidak boleh dikurangi atau diubah. Untuk itu, sebaiknya klaster
              ketenagakerjaan dikeluarkan saja dari RUU Cipta Kerja."

              "Kami berharap, pemerintah dan DPR bisa menerima sikap KSPI bersama KSPSI AGN, dan 32
              Konfederasi serta federasi lainnya, yaitu mengeluarkan klaster ketenagakerjaan dan RUU Cipta
              Kerja, atau setidaknya UU no 13/2003 tidak dilakukan perubahan atau dikurangi sama sekali."

              "Aksi  ini  akan  terus  berlanjut  jika  aspirasi  buruh  tidak  dikabulkan  pemerintah  dan  DPR  RI,"
              pungkasnya..













                                                           318
   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323   324