Page 321 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 AGUSTUS 2020
P. 321

Indonesia yang bekerja paruh waktu maka hari ini pemerintah berpikir bagaimana rakyatnya
              bekerja tidak nganggur, kata Ristadi. Ristadi menambahkan, saat ini pemerintah dan DPR sudah
              mengakomodir  aspirasi  dari  buruh  dengan  membentuk  Tim  Tripartite  dan  Tim  Perumus
              perbaikan RUU Cipta Kerja



              Ringkasan

              PRESIDEN Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi mengatakan perlu ada pelurusan
              terhadap persepsi bahwa serikat buruh atau pekerja menolak total RUU Cipta Kerja.



              KSPN SEBUT TIDAK ADA SERIKAT BURUH TOLAK TOTAL RUU CIPTA KERJA

              PRESIDEN Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi mengatakan perlu ada pelurusan
              terhadap persepsi bahwa serikat buruh atau pekerja menolak total RUU Cipta Kerja.
              Ristadi menegaskan tidak ada serikat pekerja atau buruh yang tidak setuju perizinan investasi
              dipermudah,  pemangkasan  birokrasi,  dan  perizinan-perizinan  usaha  yang  rendah  biaya  dan
              berkepastian waktu.

              "Jadi kalau kemudian ada yang menyatakan bahwa serikat buruh atau pekerja menolak total
              RUU Cipta Kerja, saya kira ini perlu diluruskan. Bahwa RUU Cipta Kerja ini kan juga mengatur
              tentang  bagaimana  perizinan  dipercepat,  pemangkasan  birokrasi,  dan  perlindungan  untuk
              UMKM. Tentu hal-hal seperti ini tidak kami tolak," ujar Ristadi dalam diskusi virtual bertajuk
              Melihat  Peluang  dan  Tantangan  RUU  Cipta  Kerja  yang  digelar  Injabar  dan  Pusat  Studi
              Administrasi Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Jumat (28/8).

              Ristadi  menjelaskan,  dalam  klaster  ketenagakerjaan  pun  terdapat  klausul  yang  tidak  pernah
              diungkap ke publik. Dimana terdapat tiga klausul baru yang di dalam UU Ketengakerjaan No
              13/2003 belum diatur.

              Menurut Ristadi ada tiga klausul baru dalam RUU Cipta Kerja yang disebut akan berdampak
              positif bagi pekerja.

              Pertama, uang kompensasi untuk pekerja kontrak atau PKWT. "Ini yang dalam UU sekarang
              yang berlaku itu tidak ada pekerja kontrak ketika dia di-PHK atau habis masa kontraknya, pekerja
              tersebut tidak mendapatkan kompensasi pesangon, yang mendapatkan kompensasi pesangon
              hanya pekerja yang dengan status pekerja tetap. Dalam RUU Cipta Kerja ini disebutkan soal
              aturan itu," terangnya.

              Kedua, disebutkan juga tentang jaminan kehilangan pekerjaan. Dalam UU ketengakerjaan yang
              sekarang belum diatur atau belum disebutkan. "Dalam RUU Cipta Kerja ini disebutkan bahwa
              ketika pekerja kena PHK akan diberikan jaminan kehilangan pekerjaan," katanya.
              Kemudian juga ada penghargaan lainnya bahwa dari masa kerja dari 3-6 tahun itu akan diberikan
              uang  penghargaan  lainnya  selama  dia  masih  tetap  bekerja.  "Jadi  yang  saya  baca  begitu.  Si
              pekerja tetep bekerja tapi ketika dia sudah memasuki masa kerja 3 tahun dia akan mendapatkan
              penghargaan lainnya dalam bentuk uang," ujarnya.
              Ristadi menceritakan fakta tentang kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini yang didapat
              KSPN dari hasil di 23 Kota/Kabupaten industri di pulau Jawa. Menurut data KSPN, hingga saat
              ini tidak ada satupun perusahaan di Indonesia yang 100% melaksanakan norma kerja.



                                                           320
   316   317   318   319   320   321   322   323   324   325   326