Page 8 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 AGUSTUS 2020
P. 8

Adapun  serikat  pekerja yang  tergabung dalam tim  ini  mewakili  32  federasi  dan konfederasi.
              Antara lain, 13 federasi KSPSI Andi Gani, 9 federasi KSPI, 3 federasi KSPSI Yoris, dan beberapa
              federasi seperti FSPMI, PPMI 98, forum guru dan tenaga honorer, dan sebagainya.

              Berbeda dengan tim teknis yang dibentuk pemerintah, Said mengklaim, perwakilan buruh di tim
              perumus  mendapat  tempat  untuk  menyampaikan  aspirasi  dan  masukannya.  Pendapat  dari
              kalangan  buruh  ini  nantinya  akan  menjadi  rumusan  sebagai  bahan  yang  akan  dijadikan
              argumentasi Panja Baleg DPR RI dalam pembahasan bersama pemerintah.

              Selama  dua  kali  menggelar  pertemuan,  DPR  dan  serikat  pekerja  yang  tergabung  dalam  tim
              perumus sudah menghasilkan beberapa kesepahaman.

              Pertama, seluruh materi muatan Klaster Ketenagakerjaan yang sudah terdapat dalam putusan
              Mahkamah  Konstitusi,  tentang:  perjanjian  kerja  waktu  tertentu,  upah,  pesangon,  hubungan
              kerja, PHK, penyelesaian perselisihan hubungan industrial, jaminan sosial, dan materi muatan
              lain harus didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan mengikat.
              Kedua,  terkait  sanksi  pidana  ketenagakerjaan  dalam  RUU  Cipta  Kerja  dikembalikan  sesuai
              ketentuan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, dengan proses yang dipertimbangkan
              secara seksama.

              Ketiga, terkait hubungan ketenagakerjaan yang lebih adaptif terhadap perkembangan industri,
              maka pengaturannya dapat dimasukan di dalam RUU Cipta Kerja dan terbuka terhadap masukan
              publik.

              "Intinya, kami meminta aturan-aturan yang sudah ada, seperti UU Nomor 13 Tahun 2003, tetap
              dipakai dan tidak diubah sama sekali, termasuk kepu-tusan-keputusan MK tersebut," Ujar Said.

              Namun, untuk hal-hal baru yang tidak diatur dalam UU 13/2003, seperti pekerja industri startup,
              pekerja paruh waktu, pekerja di industri UMKM, juga pekerja di transportasi Online, maka masih
              memungkinkan untuk didiskusikan dan diatur dalam RUU Cipta Kerja. "Seperti poin ketiga dalam
              rumusan kami," cetusnya.

              Di tim perumus, serikat, pekerja memang seolah mendapat. angin surga. Soalnya, sudah ada
              komitmen  perwakilan  DPR  yang  ada  di  tim  perumus  untuk  memasukkan  poin-poin  materi
              substansi yang disampaikan serikat pekerja ke dalam Daftar Inventaris Masalah (DIM) Fraksi
              yang akan dibahas bersama pemerintah.

              "Kami akan masukkan pokok-pokok pikiran dari serikat buruh ke dalam DIM tiap fraksi," ujarnya
              Willy Aditya, Wakil Ketua Baleg DPR RI.

              Tak banyak berubah

              Namun, siapa menjamin pembahasan dengan pemerintah bisa berjalan mulus sesuai aspirasi
              buruh yang tergabung dalam tim perumus DPR?

              Pasalnya,  tim  teknis  bentukan  pemerintah  tidak  banyak  mengubah  pasal-pasal  kontroversial
              dalam klaster ketenagakerjaan yang selama ini ditentang buruh. Dari beberapa isu sensitif, hanya
              pasal tentang pengupahan yang dipastikan berubah dari draf awal.

              "Mekanisme  pengupahan  akan  dikembalikan  ke  aturan  yang  sekarang  berlaku,  yakni  upah
              minimun tingkat kota dan provinsi," jelas Ristandi.

              Sebelumnya, RUU Ciptaker akan menghapus upah minimum kabupaten/kota (UMK) yang berlaku
              di  wilayah  kabupaten/kota,  dengan  menyerahkan  wewenang  penetapan  upah  di  tangan
              gubernur (pasal 88 C).


                                                            7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13