Page 166 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 FEBRUARI 2021
P. 166

Dengan demikian, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pembayaran pesangon yang terjadi
              sejak  awal  Februari  tersebut  akan  mengacu  pada  PP  No.  35/2021,  bukan  lagi  pada  UU  No.
              13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Aturan pada UU Ketenagakerjaan masih berlaku sepanjang
              tidak bertentangan dengan PP 35.

              Aturan ini sangat krusial karena menurut sejumlah kalangan, PHK kemungkinan besar masih
              akan terjadi pada 2021. Kondisi perekonomian yang masih belum pulih kemungkinan masih akan
              menekan daya beli masyarakat. Ujung-ujungnya, kondisi dunia usaha juga masih akan rentan
              melakukan PHK.

              Peraturan  Pemerintah  setelah  disahkan  ini  tidak  banyak  berubah  dibandingkan  Rancangan
              Peraturan Pemerintah-nya. Perubahannya hanya pada penomeran pasal-pasal yang mengatur
              PHK dan pemberian pesangon.

              Sebagaimana  telah  ditulis  sebelumnya,  aturan  mengenai  pesangon  untuk  pekerja  lebih  kecil
              dibandingkan  dengan  UU  Ketenakerjaan  (Lihat  grafik).  Selain  itu,  terdapat  perluasan  alasan
              perusahaan boleh melakukan PHK.

              Ada tiga alasan PHK yang belum diatur dalam UU Ketenagakerjaan.

              Pertama, perusahaan melakukan efisiensi dengan berbagai alasan.

              Kedua, perusahaan sedang mengikuti program restrukturisasi utang.

              Ketiga, terjadi pengambilalihan perusahaan atau akuisisi.

              Tiga alasan PHK yang baru itu memang mencerminkan situasi terkini perekonomian nasional.
              Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan banyak perusahaan harus melakukan efisiensi karena
              permintaan yang menurun. Sebagian dari perusahaan itu juga harus merestrukturisasi utangnya.
              Akuisisi juga mulai banyak terjadi.

              Pemerintah seyogianya mempertimbangkan hak-hak pekerja karena pesangon yang diberikan
              lebih kecil --termasuk bagi mereka yang pensiun--, dan pintu PHK juga dibuka semakin lebar.
              Meskipun ada banyak prasyarat, tapi keleluasaan ini tetap memudahkan perusahaan mem-PHK
              karyawannya.

              Memang,  sudah  PP  Nomor  37  Tahun  2021  tentang  Penyelenggaraan  Program  Jaminan
              Kehilangan Pekerjaan, yang bisa mengkompensasi berkurangnya pesangon. Namun, jumlahnya
              tetap lebih kecil jika dibandingkan jumlah pesangon yang hilang. Selain itu, dalam situasi seperti
              saat ini, tak mudah orang mendapatkan pekerjaan yang baru.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal menolak keras pengesahan PP
              No. 35/2021. Dia mengatakan, KSPI saat ini sedang mengajukan uji material UU No. 11/2020
              tentang Cipta Kerja ke Mahkamah Konstitusi. "Jadi, sebelum ada putusan dari MK, kita akan
              menolak aturan-aturan turunannya," kata Said kepada Lokadata.id, Selasa (23/2/2021).

              PHK akan berlanjut Lagipula, situasi pandemi dan penanganan pemerintah atas pandemi ini juga
              masih memunculkan kekhawatiran bahwa perekonomian masih akan sulit bangkit dalam waktu
              dekat. Said mengatakan, bahwa resesi ekonomi masih akan menghantui outlook perekonomian
              2021. "PHK masih akan terjadi pada tahun ini," katanya.

              Said mengatakan, PHK akan terus terjadi di sektor industri manufaktur, baik yang padat karya
              maupun padat modal. Said menyebut sejumlah sektor yang rentan melakukan PHK tahun ini,
              misalnya industri otomotif, elektronika, mesin, dan komponen. Sektor lain seperti tekstil, garmen,
              sepatu, perbankan, dan ritel juga masih akan ada PHK.



                                                           165
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170