Page 167 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 FEBRUARI 2021
P. 167
Dia mengungkapkan, ada banyak model PHK di masa pendemi ini. "Kami melihat jumlah
karyawan tetap di industri manufaktur mungkin sudah berkurang 30 persen," katanya. Jumlah
karyawan kontrak yang tidak diperpanjang ketika masa kontraknya habis, juga cukup besar. "Ini
namanya kan PHK juga." Survei angkatan kerja nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat
Statistik (BPS) pada Agustus 2020 menunjukkan ada tambahan pengangguran sebanyak 2,72
juta orang atau naik 38,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan tingkat
pengangguran naik menjadi 9,77 persen.
Tingkat pengangguran pada Agustus 2020 tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus
2006. Pada tahun itu, tingkat pengangguran mencapai 10,28 persen. Namun, sejak itu, tingkat
pengangguran terus menurun sampai 5,34 persen pada 2018. Setahun kemudian, angkanya
kembali naik ke 7,05 persen.
Tingginya tingkat pengangguran pada 2020 bisa dipahami karena pandemi Covid-19 telah
memukul dengan perekonomian nasional dan global. Permintaan turun tidak hanya di pasar
domestik, tapi juga di pasar internasional. Akibatnya, banyak perusahaan yang tutup atau
mengurangi volume produksinya.
Pilihan buat perusahaan memang hanya melakukan efisiensi agar bisa bertahan hidup. Dua cara
yang banyak ditempuh adalah mem-PHK karyawan atau merumahkan karyawan dengan dua
pilihan: membayar upah sebagian atau tidak membayar upah sama sekali ( no work no pay ).
Data Kementerian Ketenagakerjaan, per Agustus tahun lalu, menunjukkan bahwa jumlah pekerja
yang dirumahkan selama pandemi mencapai 1,1 juta orang. Hal ini tecermin dari data BPS
tentang berkurangnya pekerja penuh waktu, dari 89,97 juta orang menjadi 82,02 juta orang
atau turun 8,8 persen.
Sebaliknya, setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu ( part timer ) meningkat (lihat
grafik). Kenaikan terjadi akibat menurunnya jumlah pekerja penuh waktu yang cukup banyak.
Ledakan jumlah pekerja setengah pengangguran tergolong sangat tinggi, yakni mencapai 61
persen.
Hal ini dengan mudah kita jumpai di kompleks-kompleks perumahan. Pedagang kaki lima, mulai
dari yang membuka lapak di pinggir jalan sampai mereka yang menggunakan mobil untuk
berjualan terus bertambah. Sebagian dari mereka hanya berdagang pada Sabtu dan Minggu atau
dengan istilah kekinian Pasar Sanmor ( Sunday morning ).
166