Page 223 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2020
P. 223

Perihalpemberianpesangon  ini  sempat  dibahas  dalam  diskusi  antara  Pusat  Studi  Hukum  dan
              Kebijakan  (PSHK)  dengan  perwakilan  serikat  pekerja  dan  anggota  panitiakerja  (Panja)RUU
              CiptakerdiDPR,  Senin  (28/9).  Kabar  yang  berkembang,  pekerja  akan  menerima  pesangon
              maksimal 32 kali gaji Namun tidaksepenuhnya tanggung jawab perusahaan.

              Anggota Panja RUU Ciptaker Obon Tabroni membenarkan bahwa aturan itu masuk ke dalam
              salah satu pasal di RUU. Namun, dia menegaskan bahwa saat ini masih proses pembahasan di
              tim kecil, kendati pembahasan panja sudah selesai Jadi, masih ada kemungkinan perubahan
              klausul untuk memperjelas aturan tersebut

              Obonmengungkapkan,  pesangon  maksimal  32  kali  gaji  itu  benar  diatur  dengan  ada
              sebagianyangditanggungoleh pemerintah Tidaksepenuhnya dari perusahaan "Dari sisi jumlah,
              apa yang didapat buruh tidak jauh berbeda. Maksimal kan 32, tapi dari sisi perusahaan memang
              turun," paparnya dalam forum diskusi tersebut Pemerintah, lanjut dia, akan membayar selisih
              dari pesangon yang menjadi hak dari pekerja tersebut "Selisihnya dikover negara lewat ruang
              fiskaldenganprogramjaminankehilangan pekerjaan," terangnya.

              Namun,  untuk  sementara,  aturan  ini  hanya  berlaku  untuk  pekerja  yang  berstatus  karyawan
              tetap. Sementara untuk karyawan tidak tetap, tidak berlaku Namun, politikus Partai Gerindra itu
              mengungkapkan selisih nilainya belum dipastikan, berapa yang harus dikover oleh negara. Hal
              ini masih disinkronisasikan bersama pasal-pasal lain dalam tim kecil pembahasan RUU tersebut.
              Namun, proses pembahasan ini sendiri dipermasalahkan oleh pengamat
              Menurut Peneliti PSHK Nur Solikhin, ada persoalan mendasar dalan pembahasan RUU ini. Yakni
              pembahasan pasal per pasal yang langsung dilakukan oleh Panja. Padahal menurut tata tertib
              DPR,  lanjut  Solikhin,  pembahasan  sudah  harus  disepakati  50  persen  dari  70  anggota  alat
              kelengkapan dewan. Dalam hal ini Badan Legislatif. Panja hanya tinggal membahas hal-hal atau
              materi yang butuh pendalaman lagi

              Pembahasan Panja pun dia anggap mengurangi partisipasi masyarakat karena Panja memang
              biasanya bersifat tertutup. Tapi hal ini tidak hanya teijsdi pada RUU Ciptaker menurut catatan
              PSHK, tapi juga pada RUU-RUU lain yang kontroversial seperti RUU KPK 2019 lalu

              "Sekarang prakteknya selalu diserahkan langsung ke Panja. Ini bertentangan dengan tata tertib
              DPR," jelas Solikhin.

              Terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja SPI Said Iqbal mengatakan, serikat buruh dengan
              tegas menolak sejumlah poin dalam rumusan RUU Cipta Kerja. Antara lain, mengenai hilangnya
              upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  dan  upah  minimum  sektoral  kabupaten/kota  (UMSK),
              adanya upah padat karya, kenaikan upah minimum hanya mengacu pada pertumbuhan ekonomi
              tanpa menambah inflasi, PHK yang dipermudah, hak upah atas cuti hilang, karyawan terancam
              kontrak seumur hidup, karyawan outsourcing seumur hidup, nilai pesangon dikurangi bahkan
              komponennya ada yang dihilangkan, jam kerja eksploitatif, hingga soal TKA buruh kasar mudah
              masukke Indonesia.

              Dia  menegaskan,  UMSK  harus  tetap  ada.  Akan  tidak  adil  jika  mereka  yang  bek-erja  di
              sektorotomotif atau pertambangan nilai UMK-nya sama dengan perusahan baju atau perusahaan
              kerupuk. Selain itu, jika UMSK hilang, berarti upah buruh di sektor industri akan terancam turun
              30 persen. Padahal, jumlah buruh penerima UMSK saat ini mencapai puluhan juta orang. 'Itulah
              makanya di seluruh dunia ada UMSK yang berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap industri
              terhadap pdb negara" jelasnya
              Nantinya,  penetapannilaikenaikan  dan  jenis  industri  yang  mendapatkan  UMSK  dilakukan  di
              tingkat nasional Kemudian ditentukan untuk beberapa daerah dan jenis industri tertentu apa
              saja.  Sehingga,  UMSK  tidak  lagi  diputuskan  ditingkat  daerah  dan  tidak  semua  industri

                                                           222
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228