Page 947 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MEI 2021
P. 947

Nomor  2  Tahun  2021  tentang  Pelaksanaan  Pengupahan  pada  Industri Padat  Karya  Tertentu
              dalam Masa Pandemi Covid-19.
              Dalam aturan itu, tidak ada batasan maksimal pemotongan upah dan tidak ada tolak ukur yang
              jelas  serta  ketat  mengenai  syarat  ketidakmampuan  keuangan  perusahaan  sehingga  sangat
              merugikan kelas buruh.

              Kewajiban pengusaha membayar Tunjangan Hari Raya (THR) juga dilemahkan melalui Surat
              Edaran  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  M/6/HI.00.01/V/2020  yang  membolehkan  adanya
              pembayaran THR secara dicicil pada tahun lalu.

              Selain  itu,  Kementerian  Ketenagakerjaan  juga  mengintervensi  kewenangan  Gubernur  dan
              Bupati/Walikota  dengan  mengeluarkan  Surat  Edaran  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor
              M/11/HK.04/X/2020 yang meniadakan kenaikan upah minimum dengan dalih pandemi.

              Meski begitu, lima provinsi mengabaikan surat edaran itu dan tetap menaikan upah minimum
              provinsinya yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah.

              Pemerintah dan DPR juga dianggap bertanggung jawab atas terjadinya gelombang PHK massal
              selama pandemi karena omnibus law UU Cipta Kerja telah mempermudah terjadinya pemecatan
              dan menggerus hak dasar buruh.

              Setidaknya telah terbit empat peraturan pemerintah turunan UU Cipta Kerja yang merugikan
              kepentingan kelas buruh yaitu terkait penggunaan tenaga kerja asing, perpanjangan periode
              Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

              Serentetan  aturan  bermasalah  itu  dinilai  tidak  lepas  dari  kegagalan  skema  pembangunan
              nasional yang bergantung pada investasi.

              “Ketika  terjadi  guncangan  pada  sistem  kapitalisme  global  seperti  hari  ini  maka  rakyat  yang
              dijadikan  tumbal  dengan  dalih  penyelamatan  ekonomi  nasional.  Rakyat  pun  kehilangan
              kedaulatan atas akses sumber ekonomi yang selama ini sebenarnya menopang perekonomian
              negara lewat konsumsi rumah tangganya,” jelas salah satu perwakilan Gebrak, Ikhsan Raharjo.

              Atas  sederet  peraturan  dan  kebijakan  bermasalah  ini,  Gebrak  mendesak  agar  pemerintah
              mencabut  UU  Cipta  Kerja  beserta  peraturan  turunannya,  memberikan  hak  dasar  buruh,
              memberikan jaminan perlindungan atas hak bekerja serta penghapusan sistem outsourcing.

              Pemerintah juga didesak agar menghentikan kriminalisasi terhadap rakyat yang anti UU Cipta
              Kerja.

              Hingga hari ini, ada sembilan mahasiswa yang menolak UU Cipta Kerja masih menjalani proses
              persidangan di Pengadilan Negeri Serang, Banten.




















                                                           946
   942   943   944   945   946   947   948   949   950   951   952