Page 180 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JUNI 2020
P. 180

"Untuk itu, kita SFPMI sudah mengupayakan, agar para pekerja yang dirumahkan atau di PHK
              bisa dipekerjakan kembali Atau kalau di-PHK mereka mendapatkan pesangonnya. Saat ini kita
              masih terus perjuangkan agar mereka bisa bekerja kembali," ujar Willy.

              Willy  menyebutkan,  dari  persoalan  yang  dihadapi  500  pekerja  anggota  SFPMI  tersebut,
              kasusnya  berbeda-beda,  ada  kasusnya  dirumahkan,  ada  mengaku  terpaksa  mencari  kerja
              serabutan (mocok-mocok) untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

              Anton, yang tinggal di rumah kontrakan di Desa Bangun Sari Baru, Dusun X, Kecamatan Tanjung
              Morawa, Kabupaten Deliserdang ini, mengaku sudah 6 tahun bekerja di salah satu pabrik yang
              ada  di  Deliserdang.  Namun  sampai  saat  ini  dirinya  belum  tahu  statusnya  apakah  mau
              dirumahkan atau di-PHK.

              "Sampai saat ini belum tahu statusnya apakah mau dirumahkan atau di-PHK. Karena kami dapat
              informasi,  bahwa  pihak  perusahaan  memang  melakukan  pengurangan  di  masa  Covid-19.
              Namun selama pengurangan itu, kami sama sekali belum mendapatkan gaji, ataupun kalau di-
              PHK tidak ada pesangon," ujarnya.

              Ayah tiga orang anak ini mengaku sejak awal bulan April tidak lagi dipekerjakan di perusahaan
              tersebut.  Sehingga  untuk  memenuhi  kebutuhan  sehari-hari,  Anton  terpaksa  kerja  serabutan
              menjadi kuli bangunan.

              "Jangankan bekerja ke perusahaan lain, untuk menjadi kuli bangunan saja susah.

              Kadang dua hari ada, kadang tiga hari kosong. Untuk kebutuhan sehari-hari, paling dibantu istri
              yang bekerja harian lepas di kantin," ujarnya.

              Dia berharap, agar perusahaan bisa menormalkan kembali para pekerja atau karyawan yang
              terkena  pengurangan  pekerja  untuk  dipekerjakan  kembali.  Kepada  pemerintah  diharapkan
              memberikan perhatian kepada para buruh atau pekerja yang terdampak pengurangan pekerja
              imbas dari Covid-19 ini.

              Apalagi  selama  ini,  lanjutnya,  bantuan-bantuan  dampak  Covid-19  pun  tidak  pernah  dia
              dapatkan. Padahal, katanya, informasi di media bahwa pemerintah memberikan bantuan untuk
              buruh korban PHK.
              "Namun nyatanya sampai saat ini bantuan itu tidak pernah didapatkan. Mulai dari BIT, B ST,
              maupun kartu prakerja semuanya itu tidak ada. Ketika ditanya ke Kepling dikatakan 'tunggu
              masih penuh', namun sampai sekarang belum ada juga," pungkasnya. (m31)

              Ketua SFPMI Sumut WillyAgus Utomo.

              gajinya  yang  tidak  dibayar,  ada  yang  dibayar  tidak  sesuai,  dan  ada  juga  di-PHK  tidak
              mendapatkan haknya atau pesangon. Rata-rata mereka adalah pekerja yang bekerja di industri
              di wilayah Medan, Deliserdang dan Serdang Bedagai.

              "Saat  ini  masih  proses advokasi.  Masih  tahap  perundingan  dengan  Dinas  Tenaga  Kerja  dan
              dengan pengusaha untuk penyelesaian kawan-kawan yang terdampak Covid-19 ini. Kalau di
              Sumatera  Utara  ini  diperkirakan  ada  ribuan  lebih  pekerja/buruh  yang  terdampak  Covid-19,"
              sebutnya.

              Menurutnya, banyak buruh atau pekerja yang mungkin tidak berserikat, kemudian mereka tidak
              tahu aturan UU Ketenagakerjaan, atau mereka takut meminta haknya ke perusahaan, sehingga
              mereka memilih diam. Atau mungkin mereka bingung, kemana harus mengadu.




                                                           179
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185