Page 239 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JUNI 2020
P. 239

Hasil  investasi  nya  sebesar  Rp  29,2  triliun,  dengan  yield  on  investment  (yoi)  yang  didapat
              sebesar 7,34 persen atau lebih tinggi dari kinerja IHSG yang mencapai 1,7 persen. Untuk alokasi
              dana investasi, BPJS Ketenagakerjaan menempatkan sebesar 60 persen pada surat utang, 19
              persen  saham,  11  persen  deposito,  9  persen  reksadana,  dan  investasi  langsung  sebesar  1
              persen.

              Investasi BPJS Ketenagakerjaan dilaksanakan berdasarkan PP No. 99 Tahun 2013 dan PP No.
              55  Tahun  2015.  Kedua  beleid  tersebut  mengatur  jenis  instrumen-instrumen  investasi  yang
              diperbolehkan berikut dengan batasan-batasannya. Ada juga Peraturan OJK No. 1 tahun 2016
              yang mengharuskan penempatan pada Surat Berharga Negara sebesar minimal 50 persen.

              Kondisi pasar investasi global dan regional mempengaruhi hasil investasi yang diraih oleh BPJS
              Ketenagakerjaan.
              "Kinerja IHSG pada akhir tahun 2019 mampu menorehkan pertumbuhan sebesar 2,18% ke level
              6.329. Namun, IHSG pada 19/6/2020 tercatat di level 4942,28, turun tajam 1386,72. Kondisi ini
              tentu sangat berpengaruh terhadap kinerja investasi saham yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan
              yang  dipastikan  turun  drastis.  Bagaimana  langkah  BPJS  Ketenagakerjaan  dalam  menyikapi
              kondisi turun drastisnya IHSG?," tanya Hery Susanto.

              Ia menegaskan BPJS Ketenagakerjaan harus melakukan peninjauan penempatan dana investasi,
              sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 25/2020 Tentang Tata Kelola BPJS. Ditegaskan dalam
              Perpres tersebut bahwa direksi wajib mengambil keputusan investasi secara profesional. "BPJS
              harus  mengoptimalkan  pengembangan  dana  investasi  dengan  mempertimbangkan  aspek
              likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai. Apakah hal itu
              sudah dilakukan dalam kondisi kekinian di tengah pandemi Covid-19?," tanyanya lagi.

              Hery Susanto mendesak direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan analisis terhadap risiko
              investasi  serta  rencana  penanganannya  dalam  hal  terjadi  peningkatan  risiko  investasi;  dan
              melakukan kajian yang memadai dan terdokumentasi dalam menempatkan, mempertahankan,
              dan melepaskan investasi yang dilakukan.

              "Dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2020 dialokasikan pada instrumen fixed income
              (deposito  dan  surat  utang)  71,4%,  saham  19,09%,  reksadana  9.34%,  dan  sisanya  pada
              investasi langsung (properti dan penyertaan), ini harus dievaluasi segera," katanya.

              BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2020 menargetkan dana kelolaan mencapai Rp 543,6 triliun.
              Target jumlah tersebut meningkat 25,8% dari realisasi tahun 2019 yakni Rp 431,9 triliun. Hal
              ini dengan harapan terjadi penambahan 23,2 juta peserta baru dan penerimaan iuran Rp 87,1
              triliun di tahun 2020.

              Namun menurut Hery Susanto justeru BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2020 akibat pandemik
              Covid-19, kinerja investasinya anjlok, pelayanan klaim online selalu penuh, iuran kepesertaan
              macet, jumlah kepesertaan merosot akibat sedikit yang masuk alih-alih banyak yang keluar.

              "Direksi BPJS Ketenagakerjaan harus segera berbenah di era new normal. Jika tidak segera
              bangkit, tidak teliti, tidak cekatan/responsif dan tidak kolaboratif dengan segenap stakehorders
              jaminan  sosial  ketenagakerjaan  terkait,  tentu  akan  semakin  memperparah  situasi,"
              pungkasnya..









                                                           238
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244