Page 129 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 OKTOBER 2020
P. 129

BURUH MINTA UPAH MINIMUM NAIK 8 PERSEN PADA 2021

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesi ( KSPI ) meminta kenaikan upah sebesar 8 persen untuk
              upah minimum pada 2021 nanti.

              "Serikat  buruh  KSPI  berpendapat,  mengusulkan,  kenaikan  upah  minimum  harus  tetap  ada.
              Berapa  nilai  yang  diminta  oleh  KSPI?  8  persen  kenaikan  UMK,  UMSK,  UMP,  UMSP,"  ungkap
              Presiden KSPI Said Iqbal, dalam Konferensi pers virtual, Rabu (21/10).

              Permintaan kenaikan upah minimum sebesar 8 persen didasarkan dari pertumbuhan ekonomi
              Indonesia dalam tiga tahun berturut-turut.

              Ia juga membandingkan kondisi resesi ekonomi karena pandemi covid-19 yang berbeda dengan
              krisis moneter pada 1998 silam.

              "Pada 1998 pun terjadi resesi. Sebagai pembanding, pertumbuhan ekonomi dari 1998 ke 1999
              adalah minus 17,6 persen. Ketika itu, ketua umum SPSI, karena serikat pekerja hanya SPSI,
              menteri tenaga kerja dan ketum Apindo sepakat nol persen. Sama kejadiannya kayak sekarang,"
              ujarnya.

              Atas keputusan tersebut, sambung dia, terjadi perlawanan keras dari kaum buruh. Hal itu lalu
              membuat presiden yang menjabat, Habibie, menginstruksikan kenaikan upah minimum.

              "Akhirnya  presiden  saat  itu  memutuskan  meminta  menaker  menginstruksikan  naik  upahnya
              melalui  gubernur  DKI, waktu  itu  kan  masih  UMR  namanya.  Diputuskan  menaker  naiknya  16
              persen, padahal pertumbuhan ekonominya minus 17 persen," terang Iqbal.

              "Dengan analogi yang sama, kita belum sampai minus 8 persen di tiga kuartal ini. Baru setengah
              dari 1998-1999. Maka, kami meminta naik 8 persen itu wajar. Tujuannya, biar purchasing power
              (daya beli) tetap terjaga. Konsumsi dijaga tidak akan makin resesi dalam," imbuh dia.

              Sementara  alasan  lainnya,  kata  dia,  karena  didasarkan  dari  fakta  di  lapangan  masih  banyak
              perusahaan yang beroperasi di tengah pandemi covid-19.

              "Itu menjelaskan perusahaan walaupun mungkin profitnya turun tapi masih sehat. Buktinya,
              masih operasi, bahkan beberapa perusahaan komponen otomotif memanggil kembali karyawan-
              karyawan baru untuk dikontrak. Fakta itu. Masih banyak perusahaan yang mampu," tandasnya.





























                                                           128
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134