Page 6 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 6

Kepala  Staf  Kepresidenan  Moeldoko  memastikan  bahwa  Pemerintah  memperhatikan  seluruh
              aspirasi masyarakat termasuk mahasiswa dalam hal Undang-Undang Cipta Kerja.
              "Pemerintah  bekerja  serius  dan  sungguh-sungguh,  tidak  abai,  dan  tidak  santai.  Pemerintah
              berupaya semaksimal mungkin untuk terus mencari jalan keluar terbaik. Karena itu, yakinlah
              pada kami," ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, belum lama ini.

              Menurutnya, UU Cipta Kerja yang baru disahkan memiliki tujuan membawa rakyat Indonesia
              lebih baik. Reformasi regulasi memang tidak pernah mudah.

              Undang-undang  ini  disusun  tidak  hanya  untuk  periode  pemerintahan  saat  ini,  tetapi  untuk
              kepentingan jangka panjang. Untuk itu pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo, berani
              mengambil keputusan yang tidak populer.

              "Karenanya saya berpesan khususnya kepada adik-adik mahasiswa, pelajari UU tersebut, bukan
              hanya teks-nya, tetapi juga filosofi dan konteksnya. Jika memang ada pendapat yang berbeda,
              gunakan jalur-jalur yang sesuai dengan aturan dan prosedur," sarannya.

              Dia menambahkan, pemerintah juga tidak membatasi aspirasi masyarakat lewat unjuk rasa.



              Namun yang jadi perhatian adalah tindakan anarkis yang dilakukan oleh sekelompok orang.
              Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menilai, banyak persoalan kebangsaan yang belakangan ini
              muncul karena kebuntuan komunikasi dan tidak ada saluran. Sehingga harus ada lembaga yang
              menjadi tempat dialog berbagai elemen masyarakat untuk mengatasi kebuntuan itu.

              Menurut dia, MPR terbuka sebagai tempat untuk saluran dialog berbagai elemen bangsa mencari
              solusi  berbagai  persoalan  kebangsaan.  "Saya  sebagai  wakil  ketua  MPR  bidang  hubungan
              antarlembaga akan menyampaikan kepada pimpinan MPR untuk menginisiasi, sebagai fasilitator
              dialog berbagai elemen masyarakat untuk mencari solusi persoalan bangsa. Inilah makna MPR
              sebagai Rumah Kebangsaan," ujarnya, belum lama ini.

              Dia  memberi  contoh,  aksi-aksi  demo  menolak  RUU  Cipta  Kerja  yang  menjurus  aksi  anarkis
              berupa  perusakan  fasilitas  umum,  halte,  perkantoran,  dan  berujung  bentrok  serta  rusuh,
              beberapa waktu lalu karena masyarakat membutuhkan saluran untuk menyampaikan aspirasi.
              "Aksi-aksi demo di berbagai daerah yang dilakukan berbagai elemen masyarakat, seperti buruh
              dan  mahasiswa,  menunjukkan  adanya  kebuntuan  komunikasi,"  ujarnya.  Dia  menambahkah,
              saat ini orang sedang marah karena UU Cipta Kerja.

              Karena  itu,  jangan  kemarahan,  dilawan  dengan  kemarahan  pula  sehingga  perlu  penyaluran
              melalui  jalur  dialog.  Dia  menyebutkan,  MPR  terbuka  untuk  menjadi  tempat  dialog  berbagai
              elemen masyarakat untuk mencari solusi berbagai persoalan bangsa.

              "MPR  sebagai  Rumah  Kebangsaan  harus  menjadi  lembaga  penengah  untuk  mengurai
              kebuntuan yang terjadi saat ini," katanya. Sebelumnya, Pakar Komunikasi dan Pengamat Politik
              Tjipta Lesmana pernah mengatakan, komunikasi memiliki peran sentral dalam aktivitas politik
              di berbagai tingkatan. Dari pemerintah pusat hingga ke daerah.

              "Komunikasi  politik tidak  mudah  dilaksanakan  dalam  arti  untuk  mencapai  tingkat  efektivitas
              yang optimal. Butuh kecakapan, ketulusan, dan empati untuk menjadi komunikator politik yang
              cakap," tuturnya.

              Tjipta  menerangkan,  komunikasi  politik  wajib  dilakukan  dengan  cara  yang  benar  demi
              menghindari tindak komunikasi politik yang kurang elok.
                                                           5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11