Page 169 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 APRIL 2021
P. 169

Saat ini, Permenaker tersebut sudah terbit. Demikian juga dengan regulasi turunan UU No. 18
              Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang hingga saat ini belum
              selesai. Padahal, Anak Buah Kapal (ABK) perlu perlindungan yang riil dari Pemerintah kita.

              "Demikian  juga  dengan  PP  No.  60  Tahun  2015  junto  Permenaker  no.  19  tahun  2015  yang
              memang  bertentangan  dengan  Pasal  35  dan  pasal  37  UU  SJSN,  hingga  saat  ini  belum  juga
              direvisi," ucap Timboel.

              "Padahal, kedua regulasi ini dikeluhkan Bu Menaker pada saat rapat kerja dengan Komisi IX RI,"
              tuturnya.

              "Putusan  Mahkamah  Konstitusi  (MK)  no.  070/2011  yang  membolehkan  pekerja  untuk
              mendaftarkan dirinya di program jaminan sosial, karena perusahaan tidak juga mendaftarkan
              mereka ke jamsos, hingga saat ini tidak di- follow up oleh Bu Menaker," kata dia.

              "Seharusnya, Bu Menaker memastikan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan membuka
              Desk Khusus Pendaftaran untuk meningdaklanjuti Putusan MK ini," kata Timboel.

              "Bila saja Desk Khusus ini ada maka pekerja yang belum didaftarkan bisa mendaftar sendiri, dan
              ini akan meningkatkan jumlah kepesertaan jaminan sosial," lanjutnya.

              Saat  ini,  ungkap  Timboel,  Menaker  Ida  Fauziyah  meminta  BPJS  Kesehatan  dan  BPJS
              Ketenagakerjaan untuk mengintegrasikan datanya sesuai amanat PP Nomor 37 Tahun 2021,
              saya  berharap  Kemnaker  terus  mengawal  dan  memantau  proses  integrasi  data  ini  sehingga
              kepesertaan jaminan sosial bisa ditingkatkan.

              Di 2016 lalu ada upaya untuk mengintegrasikan data di kedua BPJS ini khususnya untuk data
              kepesertaan di Pekerja Penerima Upah sektor swasta dan BUMN.

              "Namun upaya ini tidak berjalan dengan baik sehingga persoalan kepesertaan masih terus terjadi
              hingga saat ini," tuturnya.

              Tidak hanya itu, upaya mengintegrasikan data ini pun harus juga melibatkan data yang dimiliki
              oleh Kemnaker.

              Saya berharap data-data ketenagakerjaan yang dimiliki oleh Kemnaker, sebagai amanat dari UU
              No.  7  Tahun  1981  tentang  Wajib  Lapor  Ketenagakerjaan,  juga  bisa  terintegasi  dengan  data
              kedua BPJS.

              Semoga juga data-data tersebut bisa terintegrasi dengan data perpajakan.

              Menurut Timboel, persoalan utama di Kementerian Ketenagakerjaan adalah kinerja Pengawas
              Kenagakerjaan yang sangat rendah.

              Sampai saat ini pun, Menaker Ida Fauziyah belum memiliki upaya untuk meningkatkan peran
              pengawasan dan penegakan hukum sehingga semua regulasi ketenagakerjaan bisa diterima oleh
              pekerja.

              "Masalah THR, upah minimum, PHK, dan hak normatif lainnya selau menjadi masalah karena
              rendahnya  peran  pengawasan  ketenagakerjaan,  apalagi  dengan  ditariknya  pengawas
              ketenagakerjaan di Propinsi," katanya.

              "Semoga Bu Menteri bisa meningkatkan kinerjanya sehingga segala persoalan ketenagakerjaan
              bisa diminimalisir, dan hubungan industrial di tempat kerja menjadi lebih baik, dan pastinya
              seluruh  pekerja  baik  di  dalam  negeri  dan  luar  negeri  terlindungi,"  ujar  Timboel
              menambahkan.***.


                                                           168
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174