Page 74 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 MEI 2021
P. 74

Ida pun merinci, 6 permasalahan tersebut antara lain: pertama, CPMI/PMI yang tidak tercover
              jaminan sosial. Kedua, pembayaran iuran untuk jaminan sosial perlindungan selama bekerja bagi
              PMI dengan kontrak di bawah 2 tahun disamakan dengan kontrak kerja jangka waktu 2 tahun.

              Ketiga,  perlu  adanya  pengaturan  perpanjangan  masa  berlaku  perlindungan  sebelum  bekerja
              yang dikarenakan kebijakan penutupan sementara penempatan PMI.

              Keempat,  belum  terlaksananya  kerja  sama  antar  BPJS  Ketenagakerjaan  dengan  Lembaga
              pemerintah/swasta  untuk  mengcover  risiko  yang  belum/tidak  bisa  dicakup  oleh  BPJS
              Ketenagakerjaan.

              Kelima,  belum terlaksana  dengan  baik pelaporan  pelaksanaan  jaminan sosial  oleh  oleh  BPJS
              Ketenagakerjaan kepada Menaker.

              "Keenam,  persyaratan  akta  kematian  untuk  pengajuan  klaim  JKM  bagi  ABK  sulit  dipenuhi,
              khususnya terhadap ABK yang hilang di laut karena kecelakaan/tenggelamnya kapal," tambah
              Ida.

              Sama seperti permasalahan dari sisi regulasi, Ida juga membeberkan ada pula 6 permasalahan
              tata kelola dalam implementasi jaminan sosial bagi PMI ini.

              Permasalahan pertama, belum tercovernya perlindungan bagi PMI mengalami kecelakaan kerja
              pada saat bekerja dan membutuhkan perawatan di negara penempatan.

              Kedua, manfaat JKK dan JKM belum sejalan dengan PP No. 82/2019 terkait Penyelenggaraan
              Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

              Ketiga, adanya persyaratan lain dalam pengajuan klaim di luar persyaratan yang sudah diatur
              dalam Permenaker No. 18 tahun 2018 tentang Jamsos PMI.

              Keempat, belum adanya bantuan bagi anak PMI yang belum memasuki jenjang Pendidikan, dan
              orang tuanya (PMI) mengalami cacat total atau meninggal dunia.
              Kelima, terbatasnya akses bagi PMI yang akan melakukan perpanjangan kepesertaan dari negara
              penempatan  dalam  pembayaran  iuran.  dan  yang  terakhir,  pengajuan  klaim  masih  bersifat
              manual sehingga kesulitan dalam mengetahui progres pengajuan klaim.

              Ida juga menyebut ada beberapa hal yang dilakukan Kemnaker sebagai langkah perbaikan, mulai
              dari melakukan Revisi Permenaker nomor 18 tahun 2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran
              Indonesia. Juga Penyesuaian manfaat sesuai dengan PP 82/2019 tentang Perubahan Atas PP
              Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
              Kematian.

              Tak  hanya  itu,  akan  dilakukan  perluasan  manfaat  jaminan  sosial  bagi  PMI,  mempermudah
              pengajuan klaim, mengubah mekanisme dalam pembayaran iuran.

              "Keenam, kemudahan perpanjangan kepesertaan dengan sistem yang terintegrasi," kata Ida.

              Sementara, perbaikan dari sisi tata kelola jamsis bagi PMI ini yakni mendorong Pelaksanaan
              Pasal  29  ayat  (4)  Undang-Undang  Nomor  18  tahun  2017  mengenai  Kerjasama  antar  BPJS
              Ketenagakerjaan dengan Lembaga Pemerintah dan/atau Swasta untuk mengcover risiko yang
              belum/tidak bisa dicakup oleh BPJS Ketenagakerjaan.

              Lalu,   mendorong     BPJS   Ketenagakerjaan     untuk    menyusun     action   plan   dalam
              mengimplementasikan  peraturan  menteri  ketenagakerjaan  tentang  jaminan  sosial  bagi  PMI,
              serta pelaksanaan pelaporan sesuai Pasal 38 Permenaker No. 18 Tahun 2018, sebagai dasar
              Evaluasi pelaksanaan Jaminan sosial bagi PMI.
                                                           73
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79