Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JANUARI 2021
P. 188

DAMPAK PANDEMI, JUMLAH PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN MEROSOT

              Menteri  Ketenagakerjaan  (  Menaker  )  Ida  Fauziyah  mengatakan,  jumlah  kepesertaan  yang
              terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan di tahun 2020 alami penurunan.

              "Kemudian 2020, ada penurunan karena perusahaan-perusahaan mengalami atau terdampak
              pandemi  akibat  Covid-19,"  katanya  pada  agenda  evaluasi  program  Kemenaker  dan  BPJS
              Ketenagakerjaan dengan Komisi IX DPR RI, secara virtual, Senin (18/1/2021).

              Dia menyebutkan pada 2019, jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan sebesar 54.450.000
              orang. Tahun 2020, jumlah kepesertaan tersebut turun menjadi 51.759.507.

              Bila dilihat dari keikutsertaan peserta yang mengikuti program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
              dan Jaminan Kematian (JKM), pada tahun 2016 jumlahnya sebesar 22.631.094.

              Kemudian, naik pada tahun 2019 menjadi 34.367.581 peserta. "Tahun 2020, sekali lagi karena
              pandemi, turun menjadi 31.018.686," ucap dia.

              Lalu kepesertaan pada program Jaminan Pensiun, ada tren kenaikan dari 2016 hingga 2019.
              Kemudian, tren tersebut turun akibat pandemi pada tahun lalu.

              "Nah yang ini kepesertaan Jaminan Hari Tua (JHT) kita bisa lihat 2016 ke 2017 naik. Kemudian
              turun di 2018 dan naik di 2019, di 2020 turun," ujarnya.
              Menteri  dari  Partai  Kebangkitan  Bangsa  (PKB)  ini  juga  menyampaikan  beberapa  hal  terkait
              dengan permasalahan di BPJS Ketenagakerjaan. Yang pertama, berhubungan dengan perluasan
              kepesertaan.

              Kemudian yang kedua, program jaminan sosial untuk program JKK, manfaat penyakit akibat
              kerja (PAK) yang bersentuhan dengan program JKN menimbulkan tidak terbayarnya pengobatan
              atas risiko PAK.

              Kemudian program JHT, adanya penarikan lebih awal manfaat JHT yang dapat ditarik satu kali
              setelah pekerja mengalami PHK sebagaimana Permenaker No. 19 Tahun 2015. "Ini juga menjadi
              catatan tersendiri," ucapnya.

              Untuk Jaminan Pensiun, peserta yang mengikuti program tersebut masih sangat kecil serta tidak
              adanya peta jalan kenaikan iuran menuju 8 persen. Hal itu juga dibarengi dengan minimnya
              perusahaan yang mengikuti program jaminan pensiun karena dianggap tidak wajib.

              "Yang kedua, perusahaan yang melaksanakan dana pensiun sesuai Undang-Undang (UU) Nomor
              11 Tahun 1992 beranggapan program Jaminan Pensiun pada BPJS Ketenagakerjaan tidak wajib,"
              jelasnya.

              Lebih lanjut dirinya menjelaskan, dari sisi pengembangan program perlu dilakukan sesuai amanat
              UUD 1945 dan Konvensi ILO 102. Sementara dari regulasinya, diperlukan harmonisasi peraturan
              bidang  jaminan  sosial  dengan  memperhatikan  putusan  Mahkamah  Konstitusi  terkait  jaminan
              sosial.













                                                           187
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193