Page 460 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 AGUSTUS 2020
P. 460
Pandemi Covid-19 mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia juga ekonomi dunia,
semua negara terdampak termasuk Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020 negatif.
PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyoroti penyerapan anggaran Covid-19 oleh
kementerian dan lembaga yang masih sangat minim.
Dari Rp 695 triliun anggaran penanggulangan Covid-19, baru Rp 141 triliun atau 20 persen yang
dibelanjakan.
"Sekali lagi baru 20 persen, masih kecil sekali," kata Presiden dalam rapat terbatas penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin
(3/8/2020).
Presiden mengatakan, penyerapan anggaran tertinggi saat ini berada di perlindungan sosial,
yakni 38 persen, kemudian program UMKM 25 persen.
Di luar itu, penyerapan atau realisasi anggaran sangat kecil sekali.
Jangankan realisasi anggaran, menurut Presiden, masih ada 40 persen kementerian dan lembaga
yang belum memiliki DIPA (daftar isian pelaksana anggaran).
"Artinya apa? Di kementerian, di lembaga, aura krisisnya betul-betul belum, ya belum, masih
sekali lagi kejebak pada pekerjaan harian." "Enggak tahu prioritas yang harus dikerjakan,"
ucapnya.
Oleh sebab itu, Presiden meminta Ketua Komite Kebijakan Covid-19 untuk membuat rincian
kementerian mana saja yang penyerapan anggarannya masih rendah.
Sehingga, menurutnya akan terlihat manajemen krisis yang ada di masing-masing kementerian
dan lembaga.
"Saya minta pak ketua, urusan ini didetailnya satu per satu dari menteri-menteri yang terkait."
"Sehingga manajemen krisis kelihatan, lincah, cepat, trouble shooting, smart short cut, dan
hasilnya betul-betul efektif, kita butuh kecepatan," perintahnya.
Presiden Jokowi menilai suasana masyarakat berada pada posisi yang khawatir terhadap
penyebaran Covid-19, pada beberapa pekan belakangan.
"Saya tidak tahu sebabnya apa, tetapi suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan
masyarakat berada pada posisi yang khawatir mengenai Covid-19." "Entah karena kasusnya
meningkat, atau terutama kalangan menengah ke atas melihat karena orang yang tidak taat
pada protokol kesehatan tidak semakin sedikit, tapi semakin banyak," paparnya.
Menurut Presiden, tingkat kematian atau fatality rate di Indonesia mencapai 4,7 persen dari total
kasus terkonfirmasi positif.
Angka kematian tersebut lebih tinggi 0,8 persen dari tingkat kematian global.
" Ini yang saya kira menjadi PR kita bersama," tuturnya.
Sementara, recovery rate atau tingkat kesembuhan, menurut Presiden, terus meningkat, dengan
angka saat ini mencapai 61,9 persen.
459

