Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JULI 2021
        P. 24
     Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta, Andri Yansyah, menyebutkan
              bahwa penindakan tersebut dilakukan pada masa PPKM Darurat periode 5-8 Juli 2021 dengan
              diawali inspeksi mendadak (sidak).
              "Sejak tanggal 5 Juli sampai tanggal 8 Juli ini kita melakukan inspeksi mendadak kepada 276
              perusahaan yang ada di lima wilayah Jakarta dan menemukan 202 perusahaan harus dilakukan
              penindakan," kata Andri di Jakarta, Kamis (8/7/2021).
              Andri menjelaskan bahwa dari 202 perusahaan yang ditindak tersebut, sebanyak 187 perusahaan
              di antaranya ditutup karena adanya kasus Covid-19.
              Perusahaan  yang  ditutup  sementara  itu  terdiri  dari  79  perusahaan  di  Jakarta  Pusat,  27
              perusahaan di Jakarta Barat, 19 perusahaan di Jakarta Utara, enam perusahaan di Jakarta Timur,
              dan 56 perusahaan di Jakarta Selatan.
              Sementara  sebanyak  15  perusahaan  lainnya  ditutup  karena  tidak  menjalankan  protokol
              kesehatan Covid-19, dengan rincian empat perusahaan di Jakarta Pusat (dua non esensial dan
              dua  esensial),  dua  perusahaan  di  Jakarta  Barat  (satu  non  esensial  dan  satu  esensial),  serta
              sembilan perusahaan di Jakarta Selatan (empat non esensial dan lima esensial).
              "Semuanya kami lakukan penutupan karena pelanggarannya, tidak ada yang dikenakan denda,"
              ucap Andri dikutip dari Antara.
              Perusahaan Sektor Esensial dan Kritikal Tetap Diawasi
              Pemprov DKI Jakarta, kata Andri, menegaskan bahwa perusahaan sektor esensial dan kritikal
              tetap akan dilakukan pengawasan ketat.
              "Perusahaan yang masuk sektor esensial dan sektor kritikal bukan berarti tidak disidak atau tidak
              dilakukan pengawasan, tetap akan kita periksa/awasi malah justru lebih ketat pengawasannya,
              kalau mereka melanggar prokes bukan hanya ditegur tapi kita beri sanksi," ujar Andri Yansyah.
              Sanksi tersebut, kata Andri, diberlakukan berjenjang dengan rincian mulai dari penutupan tiga
              hari  (bagi  sektor  esensial-kritikal),  untuk  pelanggaran  kedua  dikenakan  denda  administratif
              paling banyak Rp 50 juta, dan pelanggaran ketiga akan direkomendasikan ke Dinas Penanamana
              Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) untuk pencabutan izin operasional.
              Infografis Aturan Pembatasan PPKM Darurat Jawa Bali
                                                           23
     	
