Page 63 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2020
P. 63

"Jadinya peserta mengorbankan hak atas JHT-nya untuk membiayai JKP, padahal konteksnya
              JKP  itu  pesangon  yang  dialihkan  dari  pemberi  kerja.  Oke  [pengalihan]  ini  diambil  alih  oleh
              pemerintah, harusnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara [APBN], jangan memotong
              hak peserta," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (4/11).

              Sebagai gambaran, sasaran penerima manfaat JKP berasal dari peserta Badan Penyelenggara
              Jaminan  Sosial  (BPJS)  Ketenagakerjaan  yang  berkurang  sepanjang  tahun  ini.  BPJS
              Ketenagakerjaan mencatat bahwa jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan pada September 2020
              mencapai 53 juta orang atau turun 2,75% dari posisi pada akhir Desember 2019 yakni 54,5 juta
              orang.

              Dengan prospek ekonomi yang masih muram begitu pula pemulihan ekonomi akibat pandemi
              yang  membutuhkan  waktu,  jumlah  peserta  akan  terus  turun  yang  berarti  menjadi  penerima
              manfaat  program  JKP.  (Lihat  infografik)  Undang-Undang  No.11/2020  tentang  Cipta  Kerja
              mengatur pendanaan program JKP yang dapat menggunakan tiga sumber dana, yakni modal
              awal pemerintah yang ditetapkan paling sedikit Rp 6 triliun, rekomposisi iuran program jaminan
              sosial lainnya, dan/atau dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.
              Dia  menilai  dana  operasional  badan  penyelenggara  tetap  tak  mampu  menanggung  potensi
              tambahan  korban  PHK  berikut  manfaat  yang  memadai  tanpa  tambahan  iuran.  Terlebih,  dia
              menyebut dana operasional badan penyelenggara berasal dari iuran peserta dan hasil investasi.

              Menurut Timboel, jika potongan terhadap hasil investasi yang saat ini sebesar 4,5% meningkat,
              manfaat yang diperoleh peserta pun berpotensi berkurang. Hal tersebut dapat terjadi karena
              manfaat  peserta,  khususnya  di  program  Jaminan  Hari  Tua  (JHT) sangat  bergantung kepada
              jumlah hasil investasi.

              'Artinya, iuran [JHT] ini sebenarnya kan digunakan untuk mengembangkan dana ini," katanya.

              Timboel menjelaskan bahwa jika mengacu kepada substansi program JKP, terdapat dua pihak
              yang semestinya menanggung iuran program tersebut, yakni pemerintah dan pemberi kerja. Jika
              sumber dana JKP akan berasal dari pemerintah, perlu terdapat alokasi APBN seperti bagi peserta
              Penerima Bantuan Iuran (PBI) di BPJS Kesehatan.


              PEMBERI KERJA
              Timboel  berujar  iuran  sebenarnya  bisa  ditanggung  oleh  pemberi  kerja  karena  bagian  dari
              pemindahan sebagian kewajiban pembayaran pesangon kepada BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi
              lain, dia menggarisbawahi tentang jenis manfaat apa saja yang akan diberikan kepada pekerja
              dengan opsi pendanaan yang terbatas.

              Menurut  Timboel,  sebelumnya  pemerintah  menyampaikan  bahwa  program  JKP  akan
              memberikan manfaat dana tunai selama 6 bulan kepada pekerja yang terkena PHK. Manfaat itu,
              menurutnya, akan membebani keuangan BPJS Ketenagakerjaan yang tak menarik iuran untuk
              program JKP sehingga mengancam keberlanjutan program.

              "Tetapi kita dapat bayangkan bahwa jumlah PHK terus meningkat selama masa pandemi Covid-
              19," katanya.

              Dia berujar bila bobot manfaat akan disesuaikan dengan nilai penghasilan yang diterima pada
              kondisi normal, modal awal akan terserap dengan cepat bahkan tak cukup saat dampak pandemi
              merenggut  masa  depan  pekerja.  Kementerian  Ketenagakerjaan  mencatat  bahwa  hingga  Juli
              2020 sudah terdapat 3,6 juta pekerja yang terkena PHK.





                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68