Page 432 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 NOVEMBER 2020
P. 432

dengan  menuntut  agar  Presiden  Repubilk  Indonesia,  Joko  Widodo  atau  Jokowi,  mencabut
              Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.



              FSPMI SUMUT UNJUK RASA 2 HARI TOLAK UU NOMOR 11 CIPTA KERJA

              Aksi FSPMI Sumut beberapa waktu  lalu (Analisadaily/Istimewa) Medan - Elemen buruh yang
              tergabung dalam Dewan Pimpinan Wilayah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Provinsi
              Sumatera Utara (DPW FSPMI Sumut) untuk kesekian kalinya akan melakukan aksi turun ke jalan
              dengan  menuntut  agar  Presiden  Repubilk  Indonesia,  Joko  Widodo  atau  Jokowi,  mencabut
              Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

              Selain itu, mereka juga menuntut Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, merevisi Upah Minimum
              Provinsi (UMP) agar naik minimal 8 persen untuk tahun 2021 mendatang. Hal ini disampaikan
              Ketua FSPMI Sumut, Willy Agus Utomo.

              "Kami  secara  tegas  menolak  UU  Nomor  11  tahun  2020  tentang  Cipta  Kerja,  tidak  hanya
              merugikan kaum buruh akan tetapi banyak hal buruh yang dikebiri dalam UU ini," tegas Willy
              didampingi  Sekretaris  FSPMI  Sumut,  Tony  Rickson  Silalahi,  dan  Direktur  LBH  FSPMI  Sumut,
              Rohdalahi Subhi Purba, Jumat (6/11).

              Willy memaparkan, beberapa pasal yang merugikan buruh antara lain, Pasal 88C Ayat (1) yang
              menyebutkan gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi dan Pasal 88C Ayat (2) yang
              menyebutkan  gubernur  dapat  menetapkan  upah  minimum  kabupaten/kota  dengan  syarat
              tertentu.

              Dengan adanya sisipan Pasal 88C Ayat (1) yang menyebutkan gubernur wajib menetapkan upah
              minimum provinsi dan Pasal 88C Ayat (2) yang menyebutkan gubernur dapat menetapkan upah
              minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.

              Menurutnya, penggunaan frasa "dapat" dalam penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK)
              sangat merugikan buruh. Karena penetapan UMK bukan kewajiban, bisa saja gubernur tidak
              menetapkan UMK. Hal ini akan mengakibatkan upah murah.

              "Dengan kata lain, berlakunya UU Cipta Kerja mengembalikan kepada rezim upah murah. Hal
              yang sangat kontradiktif, apalagi Indonesia sudah lebih dari 75 tahun merdeka," tegas Willy.

              Oleh karena itu FSPMI meminta agar UMK harus tetap ada tanpa syarat dan UMSK serta UMSP
              tidak boleh dhilangkan. Jika ini terjadi, maka akan berakibat tidak ada income security (kepastian
              pendapatan) akibat berlakunya upah murah.

              Selain itu, lanjut Willy, UU Nomor 11 tahun 2020 juga menghilangkan batas waktu Perjanjian
              Kerja Waktu Tertentu ( PKWT), Outsourcing (biro jasa) bisa di segala lini sektor utama dan
              seumur hidup. Dengan tidak adanya batasan terhadap jenis pekerjaan yang boleh menggunakan
              tenaga  outsourcing,  maka  semua  jenis  pekerjaan  di  dalam  pekerjaan  utama  atau  pekerjaan
              pokok dalam sebuah perusahaan bisa menggunakan karyawan outsourcing.







                                                           431
   427   428   429   430   431   432   433   434   435   436   437