Page 478 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 NOVEMBER 2020
P. 478

(Ciptaker) terlalu cepat disahkan. Akan tetapi, segala sesuatu tidak berwujud dari ruang hampa,
              tentu ada latar belakang dan motivasinya.

              Utamanya, UU ini barangkali disegerakan karena kondisi negara kita yang sedang tidak biasa,
              karena pandemi, misalnya. Lalu dari klaster ketenagakerjaan, soal hubungan pekerjaan, jangan
              hanya berdasarkan hubungan atas bawah: majikan dan buruh, tapi hubungan kemanusiaan.
              Sebaik apa pun peraturannya, bila tanpa disertai dengan sentuhan sisi kemanusiaan, maka tidak
              akan bisa memuaskan semua pihak



              SOAL UU CIPTA KERJA, GUS HILMY: KITA TUNGGU PERATURAN PEMERINTAH
              UNTUK KELANJUTANNYA

              Tidak  ada  peraturan  atau  UU  yang  bisa  menyenangkan  semua  orang,  apalagi  masyarakat
              Indonesia  sangat  majemuk.  Dari  segi  waktu,  semua  pihak  setuju  bahwa  UU  Cipta  Kerja
              (Ciptaker) terlalu cepat disahkan. Akan tetapi, segala sesuatu tidak berwujud dari ruang hampa,
              tentu ada latar belakang dan motivasinya.

              Utamanya, UU ini barangkali disegerakan karena kondisi negara kita yang sedang tidak biasa,
              karena pandemi, misalnya. Lalu dari klaster ketenagakerjaan, soal hubungan pekerjaan, jangan
              hanya berdasarkan hubungan atas bawah: majikan dan buruh, tapi hubungan kemanusiaan.
              Sebaik apa pun peraturannya, bila tanpa disertai dengan sentuhan sisi kemanusiaan, maka tidak
              akan bisa memuaskan semua pihak


              Pernyataan tersebut disampaikan oleh anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI
              Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dalam Diskusi Publik Menimbang Urgensi RUU Omnibus Law Cipta
              Kerja:  Untuk  Rakyat  atau  Birokrat?  yang  diselenggarakan  oleh  Dewan  Eksekutif  Mahasiswa
              (DEMA) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (5/11/2020).

              "Kita perlu sikap husnuzan. Jangan galak-galak terus. Ada baiknya jika kita memberikan edukasi
              kepada masyarakat, utamanya para pekerja, agar bersikap kritis tetapi tidak egois. Ada baiknya
              pula kita dorong para pekerja untuk mendoakan perusahaan akan lebih makmur, dan tentunya
              akan berimbas pada para pekerja itu sendiri," kata pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut.

              Sebelumnya,  disampaikan  Gus  Hilmy  bahwa  DPD  RI  hanya  memiliki  kewenangan  untuk
              memberikan pertimbangan kepada DPR, lalu DPR membahasnya bersama Pemerintah. Untuk
              itu,  DPD  RI  membahas  dan  mendiskusikannya  dengan  berbagai  kalangan.  Di  bagian  bidang
              ketenagakerjaan, DPD RI telah berdiskusi dengan berbagai pihak dan pakar, antara lain dengan
              Menteri Ketenagakerjaan RI.

              Dari pembahasan itu, diketahui bahwa maksud UU Ciptaker ini untuk menciptakan lapangan
              kerja, upaya meningkatkan investasi, dan efisiensi prosedur perizinan. Adapun dasarnya adalah
              kejelasan akad, hak dan kewajiban masing-masing pengusaha dan pekerja; sama-sama senang
              dan  untung;  serta  menerapkan  prinsip  memberikan  upah  yang  layak  dan  sebelum  "keringat
              kering".

              "Oleh sebab itu, kita perlu menunggu Peraturan Pemerintah untuk teknis kelanjutannya. UU ini
              sudah  diteken,  dan  yang  perlu  kita  bicarakan  adalah  ke  depannya  nanti,  bukan  malah  ke


                                                           477
   473   474   475   476   477   478   479   480   481   482   483