Page 45 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 FEBRUARI 2021
P. 45

BURUH MINTA PEMERINTAH SETOP BAHAS RPP UU CIPTA KERJA

              Para serikat buruh mengklaim tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pembahasan
              Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terkait dengan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta
              Kerja.

              "Tidak mungkin buruh yang menolak UU Cipta Kerja, kemudian secara bersamaan juga terlibat
              di dalam pembahasan RPP," kata Presiden KSPI, Said Iqbal dalam keterangan persnya di Jakarta,
              Minggu (31/1/2021).

              Hal lainnya yang melatari serikat buruh tidak mau terlibat dalam pembahasan RPP, lanjut Said
              Iqbal,  karena  saat  ini  KSPSI  AGN  dan  KSPI  sedang  melaukan  judicial  review  ke  Mahkamah
              Konstitusi terkait UU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenakerjaan.

              Dengan demikian, bilamana Mahkamah Konstitusi mengabulkan tuntutan serikat buruh ini, maka
              pembahasan RPP mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
              Istirahat, Serta PHK akan menjadi sia-sia.

              "Patut  diduga,  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  dan  Menteri  terkait  lainnya  sedang
              melakukan  pekerjaan  yang  sia-sia  dan  tidak  menghormati  proses  hukum  yang  sedang
              berlangsung," tegasnya.

              Apalagi, dalam RPP tersebut terdapat pertentangan yang tajam dari isi undang-undang. Misalnya
              RPP yang mengatur terkait pesangon. Di mana salah satu pasalnya mengatur, pemberi kerja
              bisa membayarkan pesangon lebih rendah dari UU Cpta Kerja apabila perusahaan merugi. Jelas
              isi pasal RPP ini (bilamana benar) keliru dan ngawur.

              Di dalam omnibus law UU Cipta Kerja yang mengatur tentang pasal pesangon, norma hukum
              pesangon yang diberikan kepada buruh "harus sesuai dengan ketentuan".
              Bahasa di dalam norma hukum ini berarti, nilai pesangon yang diberikan kepada buruh yang ter-
              PHK dengan alasan apapun tidak boleh kurang dari nilai UU Cipta Kerja tersebut.

              "Tetapi  RPP  yang  disiapkan  oleh  Menaker  dan  kementerian  terkait  justru  melanggar  sendiri
              norma hukum yang ada di dalam UU Cipta Kerja, karena mengatur pemberian pesangon yang
              lebih rendah," ujar Said Iqbal.

              "Kalau begitu, buat siapa dan bertujuan apa RPP ini dibuat?" Dengan demikian sangat jelas, RPP
              mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Serta
              PHK merugikan buruh. Termasuk isi UU Cipta Kerja yang merugikan buruh juga sedang digugat
              di Mahkamah Konstitusi.

              Oleh karena itu, KSPI meminta kepada pemerintah, khususnya Menteri yang terkait dengan UU
              Cipta Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan untuk menghentikan pembahasan RPP tersebut.

              "KSPI meminta meminta Menaker tidak membuat kebijakan yang blunder dan merugikan buruh.
              Buruh  Indonesia  tetap  akan  melanjutkan  aksi  lapangan  dan  aksi  virtual,  guna  meminta
              Mahkamah  Konstitusi  mencabut  atau  membatalkan  UU  Cipta  Kerja  khususnya  klaster
              ketenagakerjaan," kata Said Iqbal.










                                                           44
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50