Page 273 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2020
P. 273

UU CIPTA KERJA SOLUSI INDUSTRI SERAP TENAGA KERJA LEBIH OPTIMAL

              Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang baru diundangkan diniai
              dapat menjadi solusi dalam mengantisipasi bonus demografi yang dialami Indonesia pada 2020
              sampai  2030.  Melalui  UU  Cipta  Kerja,  penduduk  usia  produktif  akan  lebih  banyak  terserap
              lapangan kerja secara optimal.

              Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB
              UI)  I  Dewa  Gede  Karma  Wisana  mengatakan,  keberadaan  UU  Cipta  Kerja  dinilai  mampu
              meningkatkan penyerapan tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya di tengah persaingan
              dunia kerja yang semakin kompetitif.

              "UU Cipta Kerja baru di launching, belum akan berdampak tahun ini secara signifikan. Tapi dari
              sisi ide, konsep, dan semangatnya ingin membuka ruang penyerapan tenaga kerja yang lebih
              optimal  atau  lebih besar.  Intinya,  UU  ini memberikan  ruang  kepada  industri  untuk  merekrut
              tenaga kerja yang lebih banyak," kata Wisana di Jakarta, Selasa (10/11).
              Menurut  dia,  ada  beberapa  mekanisme  untuk  menyerap  tenaga  kerja  yang  lebih  optimal.
              Pertama,  ada  beberapa  klaster  yang  dibahas  secara  simultan  di  UU  Cipta  Kerja  sehingga
              beberapa aspek dalam pembukaan unit usaha, investasi, peluang bisnis yang dibangun menjadi
              lebih jelas dan lebih sinergis.
              Selain itu, dalam UU tersebut juga merevisi soal aturan perizinan usaha, aturan ketenagakerjaan,
              aturan permodalan investasi, aturan lingkungan meskipun masih ada perdebatan. "Jadi UU Ini
              mengatur beberapa aspek secara simultan," kata Doktor Ilmu Ekonomi dari Australian National
              University (ANU) Australia tersebut.

              Khusus di ketenagakerjaan, lanjut dia, ada beberapa aspek yang selama ini dianggap menjadi
              biaya bagi industri, perusahaan, dan investor juga diatur ulang. Kedepannya, ada ruang untuk
              meningkatkan  proteksi  atau  perlindungan  ke  pekerja  tidak  hanya  menjadi  ranah  pemerintah
              ataupun ranah industri lewat Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

              Dia juga menyoroti pasal-pasal UU Cipta Kerja yang jarang dibahas. Dia mencontohkan dalam
              UU tenaga kerja lama tidak disebutkan tentang kontrak bagi pekerja outsourcing . "Kalau di UU
              yang sekarang, pekerja outsourcing harus memiliki kontrak dan dinyatakan jelas apakah PKWT
              atau PKWTT. Jadi semangat perlindungan ke pekerja khususnya tenaga outsourcing menjadi
              perhatian di UU Cipta kerja," kata dia.

              Saat ini, yang perlu dipastikan dalam UU Cipta Kerja ada dua hal, pertama dari sisi legal atau
              prosedur hukumnya, yaitu peraturan pemerintah yang mendukung UU tersebut. Kedua, dari sisi
              pekerjanya perlu disiapkan dan dipastikan bahwa tenaga kerjanya mendapatkan asupan skill,
              disediakan  ruang-ruang  tempat  pendidikan,  pelatihan,  dan  akses  untuk  meningkatkan
              keterampilan agar mampu diserap oleh industri.

              "Lewat UU Cipta Kerja, industri akan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Tapi tenaga kerjanya
              harus terlatih, bisa dilatih, mau dilatih, punya tepat pelatihan, dan dilatih dengan baik untuk
              masuk ke pasar kerja atau industri kerja," pungkasnya.


              Editor : Aris Cahyadi (aris_cahyadi@investor.co.id).









                                                           272
   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278