Page 315 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2020
P. 315
Ia merespon masuknya Indonesia dalam resesi, setelah setelah BPS mengumumkan bahwa
pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga -3,49%. Bahkan dua kuartal sebelumnya pertumbuhan
ekonomi juga negatif, sehingga negara bisa dikatakan resesi.
Apalagi melihat empat variable pertumbuhan ekonomi, seperti konsumsi rumah tangga, belanja
pemerintah, ekspor/impor dan investasi kurang begitu maksimal.
Karenanya, Anis mengaku khawatir terhadap dampak resesi kedepan. Diantaranya
pengangguran bakal meledak, sehingga berujung meningkatnya jumlah masyarakat miskin.
Untuk daya beli, ia tidak menepis memang tidak semua masyarakat yang kehilangan daya beli.
Masih sebagian yang masih memiliki tabungan atau pendapatan. "Hanya saja mereka
kemungkinan akan menahan belanjanya, karena wabah masih berlanjut," jelasnya.
Karena, Anis meminta pemerintah agar memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang
terkena dampak paling parah dari pandemi ini.
KONSUMSI BISA TURUN
Ia juga meminta pemerintah membantu pelaku dunia agar bisa bertahan di masa pandemi ini.
"Ketika dunia usaha tidak bisa bertahan, mereka melakukan efisiensi, merumahkan karyawannya
dan melakukan PHK," ucapnya.
Jika hal ini terjadi, ia mengaku khawatir akan mengakibatkan konsumsi masyarakat menurun.
Ketika konsumsi menurun akan kembali memukul pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
bakal anjlok lagi.
Padahal, ia menegaskan pertumbuhan ekonomi selama ini lebih banyak bertumpu pada
konsumsi. Ini tercermin kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional mencapai
57%. Sementara kontribusi belanja pemerintah tidak sampai 10%.
"Jadi ketika konsumsi ruma tangga anjlok, otomatis yang lain juga terbawa," tandas Anis. (bi)
314