Page 268 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 SEPTEMBER 2020
P. 268
ada yang bipartit antara pemerintah dengan teman-teman pekerja 3 kali. Jadi sebenarnya
dibutuhkan itu adalah kita tidak menghegemoni pendapatnya pemerintah, memaksakan
kehendaknya pemerintah, justru jika ada pro kontra wajar tapi yang penting adalah prosesnya
itu dilakukan secara terbuka melibatkan semua pihak. Dan kalau ada yang pro dan kontra itu
kami anggap sebagai bentuk kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang akan dibuat antara
eksekutif dan legislatif.
Terkait korban PHK di tengah pandemi COVID-19, sebenarnya angkanya masih terus bertambah
atau sudah berhenti? Sebenarnya gini kalau PHK tentu angkanya fluktuatif ya, begitu juga yang
dirumahkan itu fluktuatif. Pada bisa saja pada masa kebiasaan baru ini dimulai bisa saja mereka
yang dirumahkan itu kembali bekerja. Salah satu contoh sektor pariwisata, saya kan setiap
minggu kan jalan tuh, hunian Hotel sudah meningkat dari yang di bawah 10% itu sekarang 30-
40%. Ini contoh ya, tapi saya melihat bahwa geliat ekonomi itu sudah mulai terasa, terutama
sektor yang banyak merumahkan itu sektor pariwisata ya, itu sudah mulai mempekerjakan
kembali mereka secara bertahap.
Tantangan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan di tengah pandemi COVID-19
seperti apa dan upaya yang akan dilakukan apa? Pada masa pandemi seperti ini kita secara
tidak langsung merasakan perubahan dimana sebelumnya pekerjaan banyak yang harus
dilakukan secara konvensional, ini pekerjaan tersebut dilakukan secara online. Revolusi industri
4.0 yang digaungkan sebelum pandemi itu ternyata karena pandemi ada percepatan revolusi
industri 4.0 tersebut, memaksa kita melakukan penyesuaian dalam proses bisnis, pekerjaan
dengan adanya pandemi ini, bagaimana caranya bekerja dari rumah, ini salah satu dampaknya.
Tentu saja Kementerian Ketenagakerjaan harus melihat kebutuhan tenaga kerja yang sudah
mulai berubah, pasar kerja yang sudah mulai berubah maka yang dilakukan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan adalah bagaimana menyiapkannya dalam proses peningkatan kompetensi
mereka melalui pelatihan-pelatihan yang ada.
Kami harus menyesuaikan juga, jadi pelatihan-pelatihan yang ada juga harus diadaptasikan
dengan kebutuhan pasarnya. Jadi kami harus terus melakukan link and match pasar kerja.
Pelatihan-pelatihan pun kami juga harus lakukan perubahan. Jadi kalau dulu di BLK-BLK itu lebih
banyak dilakukan secara offline maka tuntutannya sekarang adalah menggabungkan antara
online dan offline, jadi mem-blended pelatihan. Jadi ini tantangan terbesar kita bagaimana kita
menyiapkan tenaga kerja yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman industri 4.0 ini.
(toy/zlf) .
267