Page 29 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 SEPTEMBER 2020
P. 29

Insentif yang diberikan yakni diskon iuran sebesar 99% dan penundaan pembayaran iuran telah
              dirilis. Adapun, insentif tersebut berlaku mdai Agustus 2020 hingga Januari 2021.
              Kendati  telah  mendapatkan  stimulus  tersebut,  Timboel  berujar  tunggakan  yang  belum
              diselesaikan juga perlu mendapat perhatian agar pelaku usaha bisa bertahan pada kondisi sulit.

              "Relaksasi iuran ini juga tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [APBN],
              kendalinya semua di tangan BP Jamsostek," ujarnya.

              Kedua, BPJS Ketenagakerjaan perlu memperkuat layanan pelatihan vokasional bagi para pekerja
              terdampak. TUjuanya, korban PHK bisa memiliki pilihan untuk memeroleh pendapatan.

              Di sisi lain, pelayanan tersebut bisa menutup terbatasnya penerima manfaat kartu pra kerja.

              Ketiga,  BPJS  Ketenagakerjaan  dinilai  perlu  memperluas  manfaat  layanan,  yakni  berupa
              pengadaan  alat  pelindung  diri  (APD)  bagi  pemberi  kerja.  Menurutnya,  perusahaan  yang
              mengalami  kondisi  keuangan  sulit  tidak  mampu  menerapkan  protokol  kesehatan  saat  ingin
              menjaga kegiatan bisnisnya tetap berjalan.

              PASTIKAN PROTEKSI

              Timboel pun menilai bahwa BPJS Ketenagakerjaan memiliki kapasitas dana yang cukup untuk
              memberikan  sejumlah  insentif  yang  akan  sangat  bermanfaat  bagi  pekerja  maupun  pemberi
              kerja.

              "Dana yang besar itu dapat dimanfaatkan untuk membantu di tengah kondisi sulit," katanya.

              Dihubungi  terpisah,  anggota  Dewan  Jaminan  Sosial  Nasional  (DJSN)  Indra  Budi  Sumantoro
              menilai BPJS Ketenagakerjaan harus memastikan bahwa pekerja mendapat perlindungan dari
              kontraksi ekonomi.

              Dia  menyarankan  agar  BPJS  Ketenagakerjaan  menyampaikan  aturan  relaksasi  iuran  secara
              intensif kepada badan usaha maupun para pekerja mandiri.

              "Kedua,  BPJS  Ketenagakerjaan  perlu  menyosialisasikan  ke  masyarakat  mengenai  pentingnya
              mengikuti  jaminan  sosial  ketenagakerjaan,  terutama  pada  masa  pandemi  Covid-19  ini,"  ujar
              Indra.

              Ketiga, DJSN menilai bahwa badan tersebut harus memperluas kerja sama dengan klinik-klinik
              dan rumah sakit untuk menjadi trauma center. Fasilitas kesehatan itu akan menangani para
              peserta yang mengalami kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK), termasuk terkait
              dengan masa pandemi Covid-19.

              Keempat, BPJS Ketenagakerjaan pun harus melakukan perbaikan secara terus menerus pada
              sistem  layanan  pencairan  dana  JHT  tanpa  kontak  fisik  guna  meningkatkan  layanan  dan
              keselamatan bagi peserta dan karyawan badan tersebut Alasannya, kenaikan angka koiban PHK
              bakal mengerek pengajuan pencairan klaim JHT.

              Selain itu, Indra menilai bahwa badan tersebut harus melakukan perbaikan pelayanan terkait
              transisi kepesertaan. Kondisi saat ini membuat banyak peserta pekerja penerima upah (PPU)
              yang beralih menjadi pekerja bukan penerima upah (PBPU) karena kehilangan pekerjaan.

              "BP  Jamsostek  perlu  mempermudah  proses  transisi  dari  PPU  Badan  Usaha  menjadi  PBPU,
              mengingat  gelombang  PHK  memicu  perpindahan  pekerja  dari  sektor  formal  ke  informal,"
              tuturnya.




                                                           28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34