Page 198 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 198

RPP yang diunggah mulai Jumat (6/11) adalah RPP Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar,
              RPP Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan RPP
              Tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa.

              Pada Sabtu (7/11), pemerintah mengunggah RPP Tentang Lembaga Pengelola Investasi dan RPP
              Pelaksana Undang-Undang Cipta Kerja Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (v.2.071120).
              Lalu pada Minggu (8/11), dua RPP yang dimuat adalah RPP Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah
              (v.3.081120) dan RPP Pelaksanaan UU Cipta Kerja untuk Kawasan Ekonomi Khusus.

              Selain ketujuh RPP itu, belum ada RPP mengenai RPP Ketenagakerjaan yang banyak memicu
              polemik karena dianggap mempersempit hak buruh, termasuk hitungan pengupahan dan waktu
              libur.

              Adapun jumlah RPP yang dibutuhkan sebagai turunan aturan UU Cipta Kerja, seperti yang pernah
              disampaikan Presiden Jokowi, terdiri dari 40 RPP dan 4 Rancangan Peraturan Presiden (RPerpres)
              dengan  target  selesai  selama  tiga  bulan.  Itu  artinya,  masih  ada  puluhan  RPP  yang  belum
              diunggah pemerintah.

              Menteri  Kemenko  Perekonomian  Hartarto  menyebut,  portal  ini  dibuat  sebagai  ruang  bagi
              masyarakat  agar  bisa  membaca  rancangan  aturan  yang  dibuat  pemerintah.  Tak  hanya  itu,
              pemerintah juga membutuhkan aspirasi dari RPP yang diunggah.
              "Sesuai  arahan  Bapak  Presiden,  Pemerintah  membuka  ruang  seluas-luasnya  untuk  berbagai
              masukan  dan  aspirasi  dari  masyarakat  dan  seluruh  stakeholder,  supaya  dapat  menampung
              seluruh aspirasi masyarakat dan agar sejalan dengan tujuan pembentukan UU Cipta Kerja," ujar
              Airlangga dalam keterangan resminya pada Minggu (8/11).

              Untuk menampung berbagai masukan dan aspirasi tersebut dan untuk memberikan ruang dalam
              melakukan  pembahasan  bersama  seluruh  masyarakat,  Kemenko  Perekonomian  telah
              menyediakan wadah melalui Portal Resmi UU Cipta Kerja, yang dapat diakses oleh masyarakat
              secara online di alamat URL: https://uu-ciptakerja.go.id.

              Pantauan, hingga Senin pagi ini, belum ada fitur yang disediakan untuk masyarakat memberikan
              aspirasi. Portal yang terpampang masih satu arah yakni hanya menampilkan RPP yang sudah
              diunggah. Fitur Q&A dan Kontak yang disediakan pun masih kosong. Hanya tertera nomor
              telepon kantor di bagian "About Us".

              Sebelum ada portal resmi UU Cipta Kerja, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
              Luhut  Binsar  Panjaitan mengaku  dikritik  anak  dan  cucunya.  Sebab,  UU  sapu  jagat  ini  dinilai
              kurang sosialisasi ke masyarakat sehingga menimbulkan polemik.

              Diakui, cucunya yang paling kecil menyarankan agar dibuat situs khusus UU Cipta Kerja yang
              dibuat  resmi  oleh  pemerintah.  Tujuannya,  agar  masyarakat  bisa  membaca  semua  kebijakan
              pemerintah terkait UU ini.
              "Saya saja dikritik sama anak, sama cucu saya. Yang paling kecil di, dia bilang 'opung ini kurang
              sosialisasi'. Dia bilang begitu, dia aja ngajarin saya. 'Siapin satu website khusus, orang bisa lihat,'
              katanya. Itu memang kekurangan pemerintah kami akan perbaiki," papar Luhut, Jumat (23/10)
              lalu.









                                                           197
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203