Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2021
P. 23

Bisnis  memperoleh  informasi  bahwa  perhitungan  batas  minimal  keaktifan  peserta  atau
              pembayaran  iuran  untuk  memenuhi  syarat  dalam  menerima  manfaat  JKP  adalah  sejak  PP
              37/2021 terbit. Artinya, perhitungan dimulai per 2 Februari 2021.

              Belum lama ini, Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BP Jamsotek Irvansyah Utoh
              Banja mengonfirmasi bahwa perhitungan batas minimal keaktifan peserta itu sesuai terbitnya
              aturan terkait. "[Perhitungan] start sesuai PP 37/2021. Tahun ini belum [ada pembayaran klaim
              JKP]," katanya.

              Dalam Permenaker 15/2021 dijelaskan rinci pelaksanaan program JKP, khususnya pemberian
              manfaat kepada para pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
              TIGA MANFAAT


              Program  JKP  memberikan  tiga  manfaat  bagi  pesertanya,  yakni  uang  tunai  saat  kehilangan
              pekerjaan,  akses  informasi  pasar  kerja,  dan  pelatihan  kerja.  Pemberian  manfaat  uang  tunai
              dilakukan oleh BP Jamsostek, sementara dua manfaat lain menjadi tanggung jawab Kementerian
              Ketenagakerjaan.

              Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa manfaat uang tunai dibayarkan setiap bulan dengan
              paling banyak 6 bulan. Pada 3 bulan pertama peserta memperoleh dana 45% dari upah yang
              dilaporkan dan tiga bulan berikutnya sebesar 25% dari upah, dengan batas atas upah Rp5 juta.

              "Manfaat  uang  tunai  bulan  kedua  sampai  keenam  dibayarkan  jika  penerima  manfaat  belum
              mendapatkan  kerja  dan  aktif  mencari  kerja,  dan/  atau  memenuhi  presensi  pelatihan  kerja
              minimal  80%  pada  bulan  sebelumnya  bagi yang  mengambil  manfaat pelatihan  kerja,"  bunyi
              ketentuan itu.


              Dihubung secara terpisah, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar menilai ketentuan
              JKP ada potensi konflik ketika pekerja tidak bisa mendapatkan JKP, lalu pengusaha tetap enggan
              mem-bayar tunggakan dan menanggung klaim JKP, kasusnya akan dibawa ke pengadilan.

              Dalam kondisi itu, pekerja masih harus melewati proses persidangan di pengadilan hubungan
              industrial  untuk  menyelesaikan  proses  PHK.  Dengan  posisi  tidak  memilik  upah,  pekerja  pun
              belum bisa memperoleh manfaat JKP karena proses PHK terhitung belum tuntas.

              "Ketika upah dia enggak dibayar [saat proses PHK], berarti kan iuran ke BPJS Ketenagakerjaan
              juga enggak kebayar, JKP kan bisa dibayar kalau iuran Jaminan Kecelakaan Kerja [JKK] dan
              Jaminan Kematian [JKm] dibayar oleh pengusaha," ujarnya.

              Timboel menilai bahwa proses pengadilan hubungan industrial seringkah memakan waktu.

              Jika putusan PHK terbit di atas tiga bulan, pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar upah
              selama proses persidangan dan menanggung JKP, jika klaim itu kemudian tidak dibayarkan maka
              pekerja menanggung kerugian ganda.

              Pengamat ketenagakerjaan Payaman J. Simanjuntak menilai bahwa ketidakpatuhan pengusaha
              dalam membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan bisa merugikan penyelenggaraan JKP. Hal
              tersebut karena tidak terdapat penambahan iuran untuk penyelenggaraan program baru itu.

              "Dana untuk membayar manfaat JKP bersumber dari subsidi pemerintah sebesar 0,22% dari
              upah, ditambah realokasi dana JKK dan JKm. Kalau Pengusaha terlambat bayar iuran JKK dan
              iuran JKm, BPJS Ketenagakerjaan akan menghadapi kesulitan."

              Sumber: Permaneker 15/2021 fl/SWTS/HUSIN PARAPAT

              JAMINAN KEHILANGAN PEKERJAAN
                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28