Page 209 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 209

KABAR GEMBIRA, LIMA PROVINSI TETAPKAN UMP 2021 NAIK

              Batas  penetapan  upah  minimum  provinsi  (UMP)  2021  telah  berakhir  Sabtu  (31/10).  Dari
              pantauan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) baru 20 provinsi yang sudah melakukan
              penetapan dengan mengeluarakan surat keputusan (SK) resmi.

              Plt. Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI-Jamsos) Kemenaker Haiyani
              Rumondang menuturkan, dari jumlah tersebut, 15 provinsi diantaranya menetapkan bahwa UMP
              2021-nya akan mengikuti surat edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan (menaker). Artinya, tidak
              ada kenaikan pada UMP 2021 nanti. "Kemudian, ada lima provinsi yang UMP-nya ada kenaikan,"
              ujar Haiyani saat dihubungi Minggu (1/11).

              Seperti diketahui, pada 26 Oktober 2020 lalu, Menaker Ida Fauziyah telah  mengeluarkan SE
              Nomor M/11/HK.04/2020 tentang Penetapan UM Tahun 2021 pada Masa Pandemi Corona Virus
              Disease 2019 (Covid-19). Dalam SE yang ditujukan kepada Gubernur se-Indonesia itu, salah satu
              isinya meminta Gubernur untuk melakukan penyesuaian penetapan nilai UM Tahun 2021 sama
              dengan nilai UM Tahun 2020 Haiyani enggan merinci 20 provinsi tersebut. Menurutnya, yang
              berwenang penuh untuk mengumumkan ada gubernur masing-masing provinsi. "Kami tidak mau
              mendahului. Karena takutnya, gubernurnya belum mengumumkan," ungkapnya.

              Dari pantauan Jawa Pos , lima provinsi yang telah menetapkan kenaikan UMP 2021 yakni Jawa
              Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Jogjakarta, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan (Sulsel).

              UMP 2021 Jatim diputuskan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa naik 5,65 persen, dari Rp
              1.768.777,- di 2020 menjadi Rp 1.868.777,- pada tahun depan. Sementara Jateng, naik 3,27
              persen atau naik Rp 56.963,9 menjadi Rp 1.798.979 dari sebelumnya Rp 1.742.015 pada 2020.
              Kemudian UMP 2021 di DI Jogjakarta naik 3,54 persen dari tahun 2020. Sehingga, UMP tahun
              depan menjadi Rp 1.765.000,-.

              Untuk DKI Jakarta, kenaikan UMP mencapai 3,5 persen, dari sebelumnya Rp 4.267.349,- menjadi
              Rp 4.416.186.548,-. Meski begitu, bagi perusahaan yang terdampak pandemi diperkenankan
              untuk menggunakan UMP 2020. Perusahaan bisa mengajukan ke Dinas Ketenagakerjaan dengan
              melengkapi sejumlah syarat.

              Terakhir,  Sulsel  juga  dikabarkan  telah  menetapkan  UMP  2021-nya  naik  sebesar  dua  persen.
              Dengan demikian, pekerja bisa mendapat UMP debesar Rp 3.165.876,- di tahun depan.

              Meski  ke-20 provinsi  tersebut  telah  menetapkan  SK  UMP-nya,  hingga  kini  Kemenaker  belum
              menerima laporannya secara resmi. Menurut Haiyani, hal ini kemungkinan karena adanya libur
              panjang bertepatan dengan batas akhir penetapan UMP 2021.

              Begitu pula dengan 12 provinsi lainnya. Dia meyakini, seluruh proses telah berjalan. Namun
              sedikit terhambat karena libur panjang. Kemenaker masih akan terus menunggu hingga pekan
              depan. Termasuk, dua provinsi yang disebutnya belum ada kabar hingga kini. "Kita maklumi.
              Mungkin juga ada yang masih berproses sidang dewan pengupahannya," jelasnya.

              Disinggung  soal  keberatan  serikat  pekerja/buruh  (SP/SB)  mengenai  SE  menaker  terkait  UM,
              Haiyani meminta semua pihak paham. Bahwa, kondisi perekonomian memang sedang tak baik.
              Kemudian, siapa yang menjadi sasaran penetapan UMP ini.
              "Ditujukan pada tenaga kerja di bawah 12 bulan. Bukan yang sekarang misalnya sudah 3-4
              tahun," katanya. Dia menegaskan, UM ini untuk mereka yang baru akan kerja. Sehingga, mereka
              tidak digaji tanpa standar minimum.

              Kemudian, lanjut dia, soal adanya perusahaan terdampak dan tidak terdampak tentu harus ada
              bukti. Apakagi ketika itu dituangkan dalam SE, tentu harus ada pembuktian. Oleh karenanya,

                                                           208
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214