Page 256 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 256

SULTAN HAMENGKU BUWONO X NAIKKAN UPAH MINIMUM, KELOMPOK BURUH
              TAK SATU SUARA
              Dua kelompok serikat buruh di Daerah Istimewa Yogyakarta tak satu suara merespons keputusan
              Pemerintah DIY terkait Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY tahun 2021.

              Gubernur  DIY  Sri  Sultan  Hamengku  Buwono  X  pada  Sabtu  kemarin,  31  Oktober  2020,
              memutuskan menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY tahun 2021 menjadi sebesar Rp
              1.765.000. Upah minimum itu naik sebesar 3,54 persen dari upah minimum tahun 2020 ini.

              Namun  ada  dua  serikat  buruh  dengan  nama  sama  yakni  Dewan  Pimpinan  Daerah  (DPD)
              Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) DIY saling berbeda sikap.

              KSPSI pertama, yang merupakan KSPSI ATUC (ASEAN Trade Union Council) DIY, menyatakan
              sangat kecewa atas putusan Sultan HB X terkait upah minimum 2021 itu. "Kami kecewa berat
              dan patah hati terhadap keputusan Gubernur DIY yang hanya menaikkan upah minimum sebesar
              3,54 persen itu," ujar Irsad Ade Irawan, Sekretaris DPD KSPSI DIY Sabtu 31 Oktober 2020.

              Menurut Irsad, keputusan Gubernur DIY tentang Upah Minimum 2021 tidak lebih baik dari Dewan
              Pengupahan Provinsi DIY yang merekomendasikan kenaikan upah minimum sebesar 4 persen.

              Gubernur DIY, ujar Irsad, seperti hendak memupuskan harapannya sendiri untuk mengurangi
              penduduk miskin dan ketimpangan sebagaimana ia sampaikan dalam pidato Visi Misi Gubernur
              DIY  2017-2020.  "Upah  murah  yang  ditetapkan  tahun  ke  tahun  berpotensi  melestarikan
              kemiskinan dan ketimpangan di DIY," katanya.

              Upah Minimum yang tidak pernah naik secara signifikan dari tahun ke tahun itu, menurut Irsad,
              berpotensi menyebabkan buruh di DIY tidak mampu membeli tanah dan rumah. Pasalnya harga
              tanah terus melambung tinggi namun buruh harus hidup dengan upah murah meski memiliki
              produktivitas yang baik.

              Di tengah ancaman resesi, kebijakan upah murah 2021 justru berpotensi memangkas daya beli
              masyarakat. Padahal meningkatkan daya beli sangat penting untuk meningkatkan perekonomian
              di masa resesi.

              Atas putusan Sultan itu, Irsad mengatakan buruh/pekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta siap
              mengadakan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang tertuang dalam UU Cipta
              Kerja  dan  surat  edaran  Menteri  Tenaga  Kerja  tentang  Pengupahan  yang  berdampak  pada
              memburuknya kondisi warga Jogja yang berprofesi sebagai buruh.

              Irsad  menyatakan  organisasinya  menuntut  segera  dilakukan  revisi  Keputusan  Gubernur  DIY
              tentang Penetapan UM 2021 dan menetapkan upah minimum kabupaten/kota di DIY dengan
              rincian sesuai kajian kebutuhan hidupnya. Antara lain untuk Kota Yogyakarta upah minimum Rp
              3.356.521, untuk Kabupaten Sleman Rp 3.268.287, untuk Kabupaten Bantul Rp 3.092.281, untuk
              Kabupaten Kulon Progo Rp 3.020.127 dan untuk Kabupaten Gunung Kidul Rp 2.807.843.

              Adapun  serikat  buruh  dari  DPD  KSPSI  DIY  lainnya  yang  dipimpin  Ruswadi  bersyukur  akan
              keputusan Gubernur DIY atas kenaikan upah minimum 2021. "Kami nilai sudah baik dan kami
              harap dunia usaha di DIY mampu untuk melaksanakan keputusan tersebut," katanya.

              Ruswadi mengatakan anggota serikatnya di DIY saat ini ada 120 ribu pekerja sesuai verifikasi
              tahun 2019 lalu. "Kami sangat berharap tetap ada kenaikan upah di DIY meski kami memahami
              dampak  Covid-19  ini  sangat  besar  di  semua  sektor  unit  usaha."  Oleh  sebab  itu,  Ruswadi
              berterima kasih Pemerintah DIY dan Jawa Tengah yang secara resmi mengumumkan kenaikan
              upah. Keputusan pemerintah daerah itu tidak mengikuti anjuran Menteri Ketenagakerjaan yang


                                                           255
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261