Page 58 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 58

Ringkasan

              Setelah mendapat penolakan dari serikat pekerja (SP), kini surat edaran (SE) menuai kritik dari
              DPR. Anggota Komisi IX DPR Lucy Kurniasari menilai Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida
              Fauziah tidak mempertimbangkan prinsip keadilan dalam mengambil keputusan tidak menaikkan
              upah minimum di Tahun 2021.

              Ia  menilai  Menaker  terlalu  menggeneralisasikan  seolah-olah  semua  sektor  bisnis  mengalami
              kesulitan  selama  pandemi  COVID-19.  "Padahal  ada  beberapa  sektor  bisnis  yang  meraup
              keuntungan dan dapat dikatakan tetap eksis di masa Pandemi COVID-19. Antara lain sektor
              bisnis  makanan  dan  minuman,  penjualan  kebutuhan  pokok,  sektor  kesehatan,  usaha  jasa
              pendidikan  dan  pelatihan,  bisnis,  digital,  serta  agrobisnis,"  beber  Lucy  Kurniasari  di  Jakarta,
              Minggu (1/11).



              SE MENAKER TERKAIT UMP DITUDING TAK PROPORSIONAL

              Setelah mendapat penolakan dari serikat pekerja (SP), kini surat edaran (SE) menuai kritik dari
              DPR. Anggota Komisi IX DPR Lucy Kurniasari menilai Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida
              Fauziah tidak mempertimbangkan prinsip keadilan dalam mengambil keputusan tidak menaikkan
              upah minimum di Tahun 2021.

              Ia  menilai  Menaker  terlalu  menggeneralisasikan  seolah-olah  semua  sektor  bisnis  mengalami
              kesulitan  selama  pandemi  COVID-19.  "Padahal  ada  beberapa  sektor  bisnis  yang  meraup
              keuntungan dan dapat dikatakan tetap eksis di masa Pandemi COVID-19. Antara lain sektor
              bisnis  makanan  dan  minuman,  penjualan  kebutuhan  pokok,  sektor  kesehatan,  usaha  jasa
              pendidikan  dan  pelatihan,  bisnis,  digital,  serta  agrobisnis,"  beber  Lucy  Kurniasari  di  Jakarta,
              Minggu (1/11).

              Ia  juga  mengatakan,  semestinya  Menaker  bisa  memilah  jenis-jenis  usaha  mana  saja  yang
              terdampak dan tidak terdampak COVID-19. Hal ini sebagai pijakan jenis usaha mana saja yang
              upahnya  tetap  dan  mana  yang  dapat  dinaikkan.  Dengan  begitu,  ke-putusan  Menaker  dapat
              berlaku  secara  proporsional.  "Saya  berharap  Menaker  mencabut  Surat  Edaran  tersebut  dan
              menggantinya dengan keputusan yang lebih proporsional," tegasnya.
              Politikus Partai Demokrat ini menuturkan, keputusan naik tidaknya upah minimum juga dapat
              diserahkan  kepada  setiap  kepala  daerah  dengan  memperhatikan  pemetaan  perusahaan
              berdasarkan jenis usaha yang terdampak dan tidak terdampak pandemi Covid-19. "Menyerahkan
              kepada  gubernur  akan  lebih  realistis  mengingat  kadar  dampak  Pandemi  COVID-19  di  setiap
              provinsi berbeda, termasuk juga jenis usahanya. Dengan cara itu prinsip keadilan lebih terpenuhi
              baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja," katanya lagi.

              Sedangkan Menaker Ida Fauziyah mengatakan, bahwa sudah ada 18 provinsi yang dilaporkan
              sepakat akan mengikuti Surat Edaran (SE) tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 pada
              Masa Pandemi Covid-19. "Terkait dengan upah minimum provinsi sudah ada laporan 18 provinsi
              yang  akan  mengikuti  Surat  Edaran  Menteri  Ketenagakerjaan,"  ungkapnya.  Beberapa  daerah
              telah  melaksanakan  sidang  Dewan  Pengupahan  Provinsi  dalam  rangka  persiapan  penetapan
              upah minimun (UM) tahun 2021 yang telah menghasilkan kesepakatan akan melaksanakan SE
              Menteri Ketenagakerjaan.
              Ke-18  provinsi  tersebut  di  antaranya  Jawa  Barat,  Banten,  Bali,  Aceh,  Lampung,  Bengkulu,
              Kepulauan  Riau,  Bangka  Belitung,  Nusa  Tenggara  Barat,  Nusa  Tenggara  Timur,  Sulawesi
              Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Kalimantan Barat Kalimantan Timur,
              Kalimantan Tengah, dan Papua.


                                                           57
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63