Page 613 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 613

Iqbal menegaskan, dengan analogi yang sama, pertumbuhan ekonomi dan inflasi saat ini lebih
              rendah dibandingkan tahun 1998. Di mana pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan minus
              8 persen dan inflasi 3%.

              Dengan dasar itu, KSPI mengusulkan kenaikan upah minimum 2021 adalah 8 persen. Namun,
              jika dirasa berat, Dewan Pengupahan dan Pemerintah Derah bisa berunding, berapa kenaikan
              upah minimum yang dirasa tepat. Terlebih, saat ini masih banyak perusahaan yang beroperasi
              seperti biasa.

              "Jadi jangan dipukul rata, bahwa semua perusahaan tidak mampu membayar kenaikan upah
              minimum. Bahkan kalau pun ada yang tidak mampu, undang-undang sudah memberikan ruang
              untuk melakukan penangguhan upah minimum," ucapnya.

              Dia mengungkapkan, pihaknya mendapat laporan dari anggota Dewan Pengupahan Nasional
              dari unsur serikat buruh, bahwa tidak ada kesepakatan apapun dari Dewan Pengupahan Nasional
              yang menyatakan tidak ada kenaikan upah minimum di tahun 2021.
              Bahkan, di dalam forum yang lebih besar yang dihadiri Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi,
              dan Kabupaten/Kota, tidak keputusan yang menyatakan upah minimum tahun 2021 tidak naik.

              "Jadi  pemerintah  menggunakan  dasar  apa  mengeluarkan  surat  edaran  yang  meminta  agar
              Gubernur tidak menaikkan upah minimum?," kata Iqbal.

              Oleh  karena  itu,  serikat  buruh  meminta  agar  para  Gubernur  mengabaikan  suarat  edaran
              tersebut. Dia bilang, bila tidak ada kenaikan upah minimum, bisa dipastikan aksi-aksi buruh akan
              membesar dan semakin menguat. Apalagi hal ini terjadi di tengah penolakan Omnibus Law.

              "Bisa saja akhirnya kaum buruh mengambil keputusan mogok kerja nasional," tegasnya.

              "Berbeda  dengan  mogok  nasional  yang  dilakukan  pada  tanggal  6-8  Oktober  lalu,  kali  ini
              bentuknya adalah mogok kerja nasional yang dilakukan oleh serikat buruh di tingkat pabrik,"
              ucapnya.

              Dia menambahkan, persoalan upah adalah persoalan di tingkat perusahaan atau pabrik. Mereka
              bisa  mengajukan  perundingan  kenaikan  upah  yang  dilakukan  secara  bersamaan  di  masing-
              masing perusahaan. Jika deadlock, maka sudah memenuhi persyaratan yang diatur Undang-
              Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk melakukan mogok kerja.

              "Menaker adalah orang yang paling bertanggung jawab kalau terjadi mogok kerja nasional. Setop
              produksi serentak di seluruh Indonesia. Itu boleh dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003.
              Berbeda  dengan  tanggal  6-8  Oktober,  yang  menggunakan  dasar  unjuk  rasa.  Mogok  Kerja
              Nasional akan lebih dahsyat lagi," tegasnya.

              Dalam  waktu  dekat,  ungkap  dia,  yang  akan  dilakukan  KSPI  dan  buruh  Indonesia  adalah
              melakukan aksi puluhan ribu buruh pada tanggal 2 November di Depan Istana dan Mahkamah
              Konstitusi. Aksi juga akan dilakukan serentak di 24 provinsi dan melibatkan 200 kab/kota di
              seluruh  Indonesia,  meminta  agar  omnibus  law  UU  Cipta  Kerja  dibatalkan.  Dia  menegaskan,
              bahwa aksi -aksi yang akan dilakukan KSPI adalah aksi yang terukur, terarah, konstitusional, dan
              tidak anarkis.

              "Kami meminta Presiden Jokowi untuk menginstruksikan kepada Menaker agar mencabut surat
              edaran yang menyatakan tidak ada kenaikan upah minimum 2021," ucapnya.
              Aksi  serupa  juga  akan  dilakukan  tanggal  9  November  di  DPR  RI  untuk  mendesak  dilakukan
              legislative Review terhadap UU Cipta Kerja. Selanjutnya tanggal 10 November 2020 aksi akan



                                                           612
   608   609   610   611   612   613   614   615   616   617   618