Page 139 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 139

Ringkasan

              Dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19, serta tingginya upah minimum kabupaten,
              telah mengancam tutupnya ratusan perusahan tekstil yang berakibat akan terjadinya pemutusan
              hubungan kerja (PHK) massal.

              Persoalan ini menjadi materi pertemuan audiensi antara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil
              yang diketuai Chang Ahn Sub dan Wakil Ketua MPR Ahmad Basara di kantornya, Kamis (24/12).


              TERANCAM PHK MASSAL, PERKUMPULAN PENGUSAHA PRODUK TEKSTIL MENGADU
              KE WAKIL KETUA MPR

              JAKARTA - Dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19, serta tingginya upah minimum
              kabupaten, telah mengancam tutupnya ratusan perusahan tekstil yang berakibat akan terjadinya
              pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

              Persoalan ini menjadi materi pertemuan audiensi antara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil
              yang diketuai Chang Ahn Sub dan Wakil Ketua MPR Ahmad Basara di kantornya, Kamis (24/12).

              Juru  bicara  Perkumpulan  Pengusaha  Produk  Tekstil  Sariat  Arifia  mengungkapkan  pihaknya
              sangat  mengapresiasi  pemerintah  Indonesia  menetapkan  UU  Cipta  Kerja  dalam  rangka
              menciptakan lapangan kerja bagi rakyat.

              "Namun  dalam  realitasnya  para  pengusaha  yang  tergabung  dalam  Asosiasi  Perkumpulan
              Pengusaha Produk Tekstil Jawa Barat terancam gulung tikar dan pekerja terancam PHK massal
              dalamwaktu dekat ini, dikarenakan penetapan pengupahan di luar kemampuan dan kepantasan,"
              ujar Sariat.

              Ia  mencontohkan,  sepanjang  2019  saja  telah  terjadi  penutupan  puluhan  pabrik  garmen  di
              Kabupaten Bogor dan Purwakarta, dengan jumlah pekerja yang di-PHK kurang lebih 25 ribu.
              Menurutnya,  bila  tidak  dilakukan  langkah  penyelamatan  yang  serius,  maka  2021  banyak
              perusahaan yang akan melakukan penutupan pabrik.

              "Dalam hal ini asosiasi merasakan ketidakadilan dan diskriminasi dalam penetapan kebijakan
              pengupahan," urai Sariat.

              Ketua  Dewan  Pengupahan  Kabupaten  Bogor  dari  unsur  Apindo,  Dessy  menyampaikan
              kekecewaannya  dengan  penetapan  upah  minimum  kabupaten  yang  tidak  berdasarkan
              kesepakatan tiga unsur yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah.

              "Hal  ini  sangat  merusak  keberlangsungan  kehidupan  perusahaan  dan  berisiko  tinggi  akan
              terjadinya PHK massal yang merugikan karyawan sendiri," ungkapnya.
              Dessy  menambahkan  bahwa  sebenarnya  para  pekerja  ini  intinya  mau  bekerja  dan  tidak
              menginginkan pabrik tempat mereka bekerja tutup. Apalagi, kata dia, saat ini pengangguran di
              Jawa Barat sangat tinggi. "Untuk pengangguran di Kabupaten Bogor sudah saja mencapai 14,26
              persen," jelasnya.
              Ketua  Dewan  Pengupahan  Asosiasi  Perkumpulan  Pengusaha  Produk  Tekstil  Yan  Mei
              menambahkan saat ini pengusaha dan para pekerja yang bekerja di perusahaanlah yang benar-
              benar mengetahui kondisi perusahaan masing-masing.

              "Belum  tentu  pihak-pihak  yang  mengatasnamakan  asosiasi  pekerja  benar-benar  memahami
              keinginan dan kebutuhan pekerja," ujar Mei.

                                                           138
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144