Page 159 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 159
Meski begitu, Yose mengakui awalnya ia tidak setuju adanya penyatuan program pelatihan
tenaga kerja dengan bantuan sosial. "Kalau disatukan, takutnya keterampilan jadi tidak dapat,
bansos juga tidak dapat," ungkapnya.
Selain itu, ia merasa ada beragam program pelatihan kerja yang sulit dijalankan secara online,
misalnya pelatihan menjahit dan reparasi kendaraan bermotor.
Nyatanya, selama masa pandemi sebagian besar peserta program Kartu Prakerja justru lebih
banyak memilih pelatihan yang memang sesuai disampaikan secara online. "Pelatihan
pemasaran digital dilakukan secara online bagus juga, bisa langsung praktek secara online. Lalu,
pelatihan bahasa asing bisa dipelajari secara online, tidak perlu berhadap-hadapan (dengan
instruktur)," paparnya.
Ia menegaskan, sejumlah materi pelatihan kerja amat baik disampaikan secara online dan
mencegah penularan Covid-19. Selain itu, peserta dapat lebih interaktif dalam menjalani
pelatihan.
Di samping itu, materi pelatihan online amat tinggi manfaatnya bagi peserta. Hal itu dibuktikan
dari hasil survei yang dilakukan Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja terhadap
penerima manfaat. "Sebaiknya, nanti setelah pandemi berakhir perlu diperbanyak keterampilan
yang membutuhkan praktek fisik," katanya.
Yose menjelaskan persoalan ketenagakerjaan dipicu dari dua sisi, yakni lemahnya permintaan
tenaga kerja di Indonesia dan juga kualitas sumber daya manusia.
Rendahnya permintaan tenaga kerja di Indonesia itu terbukti dengan 60 persen tenaga kerja
Indonesia bekerja pada sektor informal. Artinya, hanya 40 persen tenaga kerja yang bisa diserap
pada sektor formal. "Untuk menciptakan lapangan pekerjaan butuh investasi. Investasi yang
masuk kebanyakan di sektor yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja, seperti sektor
pertambangan dan sektor kendaraan bermotor," ujarnya.
Sementara itu, kualitas tenaga kerja Indonesia masih jauh dari kebutuhan pasar kerja. Pasalnya,
sebagian besar tenaga kerja Indonesia hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, sehingga
kemampuan kognitif dan keterampilannya sangat rendah. "Tidak matching antara supply dan
demand. Ada missmatch di sana," ujar dia.
Yose mengapresiasi adanya Undang-undang Cipta Kerja yang berusaha memperbaiki sisi
demand, atau penyediaan lapangan pekerjaan.
Sementara itu, peningkatan keterampilan merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki
kualitas SDM agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. "Salah satunya adalah Program Kartu
Prakerja. Program ini bisa langsung digunakan untuk meningkatkan mutu tenaga kerja," katanya.
Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020 menemukan bahwa 88,9 persen penerima Kartu
Prakerja mengatakan keterampilan kerja mereka meningkat.
Menanggapi hasil survei itu, Yose mengatakan efektivitas pelatihan memang tergantung dari
jenis pelatihan yang dipilih peserta Program Kartu Prakerja. "Pelatihan yang bisa disampaikan
secara online memang cukup efektif," katanya.
Meski begitu, ia menegaskan tidak semua jenis pelatihan bisa dilakukan secara efektif dengan
metode online.
Pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa banyak aktivitas yang bisa dilakukan online, tetapi
banyak juga harus tetap offline. Seperti halnya pelatihan tenaga kerja yang ditawarkan Program
Prakerja.
158