Page 83 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 83

Ketua  Umum  DPP  Apkasindo  Gulat  Manurung  mengatakan,  perkebunan  sawit  rakyat  yang
              diklaim dalam kawasan hutan seluas 3,20 juta hektare (ha) atau sekitar 48% dari 6,70 juta ha.
              Akibat klaim tersebut maka perkebunan sawit petani itu tidak bisa mengikuti program strategis
              Presiden Jokowi, seperti Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan sertifikasi Indonesian Sustainable
              Palm Oil (ISPO). "Apkasindo mendukung penuh UUCK sebagai solusi kepastian usaha, lapangan
              pekerjaan, dan kesejahteraan bangsa, tetapi kalau produk hukum turunannya membebani maka
              secara tegas petani menolak karena bertolak belakang dengan semangat UUCK terutama draf
              RIT klaster kehutanan," ujar dia di Jakarta, belum lama ini.
              Kebijakan dalam RPP klaster kehutanan yang dinilai masih merugikan petani, di antaranya RPP
              tentang tata cara pengenaan sanksi administratif dan tata cara penerimaan negara bukan pajak
              yang berasal dari denda administratif atas kegiatan usaha yang telah terbangun di kawasan
              hutan.  Kebijakan  itu  rupanya  hanya  untuk  menyelesaikan  persoalan  klaim  perkebunan  sawit
              rakyat  dalam kawasan hutan  yang  sudah  melalui  proses  penetapan karena  definisi  kawasan
              hutan yang diatur dalam RI}P adalah kawasan hutan yang ditetapkan. Sementara sebelum ke
              tahap  penetapan  maka  kebun  sawit  rakyat  harus  melalui  penunjukan,  penataan  batas,
              pemetaan, dan penetapan kawasan hutan vang diatur dalam UU No 19 Tahun 2004.

              Kebijakan dalam RPP itu juga telah mengunci definisi perizinan berusaha terbatas pada izin lokasi
              dan izin usaha di bidang perkebunan, padahal petani sawit tidak mempunyai izin-izin itu karena
              memang tidak diwajibkan UU. Sanksi administratif tersebut menutup peluang bagi para pekebun
              yang lahannya 6-25 ha untuk memperoleh pelepasan kawasan hutan, padahal ketentuan hukum
              bidang perkebunan telah memberikan hak bagi petani sawit mengelola lahannya maksimal 25
              ha, untuk petani yang luas lahannya 5 ha ke bawah akan diakomodir RIT tetapi dengan syarat
              wajib tinggal di kebun. Terkait itu, Apkasindo mengusulkan agar seluruh areal kebun sawit dari
              kawasan  hutan  yang  masih  dalam  tahap  penunjukan,  penataan  batas,  dan  pemetaan
              berdasarkan tanda bukti hak berupa surat tanda daftar budi-daya, hak hak adat, tanda bukti jual
              beli lahan pekebun dan tanda bukti hak lainnya dikeluarkan dari kawasan hutan, (dho)







































                                                           82
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88