Page 11 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 11

Akibat pandemi, saat ini diperkirakan jumlah pengangguran sekitar 6 juta jiwa, dan mungkin bisa
              meningkat menjadi 12 juta jiwa akibat pandemi. Jumlah yang tidak sedikit dan membuat pening
              birokrat di pusat dan daerah.

              Sekali lagi, problem ini perlu obat mujarab: Omnibus Law.

              Namun, masalah tidak hanya berhenti di situ. Jika mau kritis dan mendalam mengurai benang
              kusut ini, kedua pihak baik pemerintah maupun DPR serta kalangan buruh mesti membangun
              dialog konstruktif guna memecahkan masalah bangsa ini. Tidak sekadar memaksakan kehendak
              yang berujung sikap anarkistis, padahal ada koridor yang bisa ditempuh.

              Budaya  dialog  konstruktif  perlu  mengakar  di  negeri  ini  agar  masyarakat  semakin  dewasa
              mencerna permasalahan dan mencari solusi terbaik. Apalagi terkait buruh, pengangguran, dan
              investasi, ini tentu problem sensitif yang bisa menjadi pisau bermata dua.

              Tujuan Omnibus Law yang antara lain berupaya menyelamatkan 6 juta jiwa penganggur adalah
              mulia,  tapi  tidak  perlu  dengan  memangkas  kesejahteraan  pekerja  formal  saat  ini.  Pilihan
              cerdasnya adalah bagaimana membuka kesempatan kerja yang luas, tapi kesejahteraan pekerja
              lainnya juga tidak berkurang. Bukan trude off.

              Justru saat pandemi inilah, momentum terbaik untuk kembali menata fondasi untuk Indonesia
              yang lebih baik bagi generasi mendatang. Baik pemerintah dan DPR maupun kalangan buruh
              mesti sama-sama mawas diri, mau bergandengan tangan, dan berpikir konstruktif guna mencari
              solusi, bukan menambah runyam persoalan.

              Dari  sisi  pemerintah,  satu  hal  yang  harus  diperhitungkan,  jenis  investasi  yang  bagaimana
              diharapkan masuk dengan adanya Omnibus Law? Ini juga perlu menjadi bahan kampanye untuk
              menyosialisasikan UU Cipta Lapangan Kerja agar publik lebih mengerti. Dilihat dari tren investasi
              penanaman modal asing (PMA) di Indonesia, rata-rata masih dominan di sektor pertambangan.
              Perkembangan  lanskap  perekonomian  saat  ini  juga  menuju  ekonomi  digital,  sehingga  tidak
              seperti sektor padat karya yang langsung menyerap tenaga kerja dalam skala besar.

              Dari  sisi  kaum  buruh,  memang  disadari  kesejahteraan  pekerja  di  Indonesia  masih  tergolong
              rendah,  kebanyakan  hanya  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup. Tapi  itu bukan  berarti
              kalangan buruh mesti pasrah dengan kondisi, atau malah berlaku anarki saat ada kesempatan.
              Sebaliknya, kaum buruh mesti membuktikan bahwa pekerja di Indonesia tidak sembarangan dan
              layak untuk diperjuangkan.

              Semoga para pekerja/buruh di mana pun berada bisa menerima kenyataan ini, memperjuangkan
              nasibnya  dengan  jalur-jalur  formal,  serta  menjaga  kesehatan  dan  keselamatan  diri  serta
              keluarga.Hal  yang  dikhawatirkan  jika  demo-demo  ini  terus  berlanjut,  fase  eksponensial
              penyebaran  Covid-19  juga  akan  berlarut-larut  dan  bertambah  panjang.  Dan,  ini  sekali  lagi,
              mengorbankan seluruh bangsa.
              Semoga semua kita bisa memahaminya! O

              Redaksi  KORANSINDO  menerima  artikel  dar:  pembaca  untuk  mengisi  rubrik  Opini.  Paniang
              artikel 800-1.000 kata (5.000--6.500 karakter)dan bisa dikirimkan ke email opini.sindo@gmail.
              com Harap mencantumkan curriculum vitae, foto terbaru. Jika setelah seminggu sejak tanggal
              pengiriman artikel belum ada konfirmasi langsung dari Redaksi, artikel yang dikirim dianggap
              dikembalikan ke penulis.





                                                           10
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16