Page 122 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 122

pekerja  dalam  waktu  singkat.  Proporsi  terbanyak  perusahaan  yang  mengurangi  pegawai  di
              tengah pandemi ialah industri pengolahan, konstruksi, serta akomodasi makan dan minum.
              Tren  penurunan  pendapatan  dunia  usaha  yang disertai  kebijakan  pengurangan  tenaga  kerja
              terjadi  bersamaan  waktunya  dengan  kontraksi  perekonomian  nasional  akibat  pandemi  serta
              penurunan investasi asing.

              Kontribusi investasi

              Realisasi penanaman modal asing atau foreign direct investrnent (FDI) sepanjang kuartal 11-
              2020 turun 6,9 persen (year on year) menjadi Rp 97,6 triliun. Adapun dari aspek pertumbuhan
              ekonomi, kinerja perekonomian nasional pada kuartal II-2020 turun menjadi minus 5,32 persen.
              Pemerintah  memproyeksikan,  pertumbuhan  ekonomi  kuartal  III-  2020  berada  pada  kisaran
              minus 2,1 persen hingga 0 persen.

              Padahal, sektor konsumsi dan investasi merupakan penopang pertumbuhan ekonomi nasional.
              Pada  2019,  dari  5,02  persen  pertumbuhan  ekonomi  Indonesia,  sumber  tertinggi  dari  sektor
              konsumsi  dan  investasi,  yakni,  2,73  persen  dan  1,47  persen.  Demikian  pula  tahun-tahun
              sebelumnya. Karena itu, dua variabel ini penting untuk mendorong perekonomian domestik.

              Penurunan permintaan akibat pelemahan daya beli dapat berimbas pada kegiatan produksi dan
              investasi. Rangkaian persoalan ini menuntut efektivitas intervensi pemerintah, terutama dalam
              menangani peningkatan kasus Covid-19 agar pemulihan ekonomi tidak berjalan lambat. Hasil
              diskusi  ekonomi  Kompas  pada  Agustus  lalu  merunut  tiga  masalah  utama  yang  menghambat
              penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi.

              Hambatan itu meliputi rantai birokrasi, pengawasan, dan potensi penyalahgunaan dana.

              Masalah pertama merujuk pada proses administrasi dan regulasi yang panjang sebagai salah
              satu penyebab lambannya penanganan.

              Untuk  menarik  investasi,  pemerintah  dapat  mencermati  beberapa  hal  terkait  iklim  investasi
              nasional. Berdasarkan data Bank Dunia pada 2018, investasi di Indonesia memang tidak ideal,
              tetapi juga tidak dalam posisi yang buruk.

              Kontribusi investasi dalam produk domestik bruto Indonesia terus meningkat dan menjadi yang
              tertinggi di ASEAN. Pada 2018, pertumbuhan investasi di Indonesia sudah tinggi, bahkan lebih
              tinggi atau hampir sama dibandingkan dengan negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan
              Afrika Selatan).

              Hal  yang  perlu  menjadi  catatan,  meskipun  investasi  di  Indonesia  cenderung  meningkat,
              kemampuan investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melemah. Kondisi ini tecermin
              dari incre-mental Capital output ratio (ICOR).
              Dalam beberapa tahun terakhir, ICOR Indonesia semakin besar. ICOR Indonesia sebesar 6,4
              pada tahun 2017, lalu 6,3 pada 2018, dan 6,6 pada 2019. Tingginya nilai ICOR ini menjelaskan
              bahwa investasi semakin tidak produktif. Selain itu, serapan investasi terhadap tenaga kerja juga
              cenderung turun dari 2013 hingga 2019.

              Kondisi ini berarti penambahan investasi di Indonesia ternyata tidak diikuti dengan permintaan
              tenaga kerja secara signifikan. Artinya, dari sisi ekonomi, penggunaan investasi kurang tepat jika
              digunakan sebagai variabel utama meningkatkan lapangan pekerjaan.
              Persoalan lain investasi di Indonesia ialah minimnya faktor-faktor yang mendukung kemudahan
              berbisnis untuk menarik investor. Apabila hal ini tidak diatasi, sulit tercipta peningkatan investasi
              dan lapangan kerja.

                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127