Page 235 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 235

MENAKER RINCI 3 ALASAN BUTUH OMNIBUS LAW CIPTA KERJA

              Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  menjelaskan  tiga  alasan  perlunya  Undang-
              undang Cipta Kerja atau Omnibus Law Cipta Kerja.

              Pertama,  perubahan  struktur  ekonomi  yang  bisa  mendorong  pertumbuhan  ekonomi  dan
              perluasan kesempatan kerja.

              "Dengan  UU  Cipta  Kerja  kami  harapkan  ada  perubahan  struktur  ekonomi  untuk  mendorong
              pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja," jelas Menaker Ida dalam dialog dengan
              Forum Rektor Indonesia (FRI) membahas substansi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja secara
              virtual, Senin (12/10).

              Ida mengungkap perubahan tersebut penting mengingat terdapat 7,05 juta pengangguran pada
              2019 dan 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi covid-19.
              Kedua, perpindahan lapangan kerja ke negara lain dan daya saing pencari kerja Indonesia relatif
              rendah dibandingkan dengan negara lain.

              Ketiga , undang-undang yang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu juga memiliki
              urgensi karena penduduk yang tidak atau belum bekerja akan semakin tinggi serta Indonesia
              terjebak dalam middle income trap.

              Ia juga secara rinci memaparkan hal-hal yang selama ini salah dipahami masyarakat tentang UU
              Cipta Kerja.

              "Mari kita gotong royong mengatasi ini semua," kata dia.

              Ketua FRI sekaligus Rektor IPB University Arif Satria menyambut positif dialog dan silaturahim
              FRI dengan pemerintah. Dialog itu, menurut Arif, penting penting untuk memperkuat komunikasi
              dan silaturahim sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang substansi UU Cipta
              Kerja.
              "Ini kesempatan sangat baik juga bagi para rektor untuk memberi masukan kepada pemerintah,
              baik tentang substansi maupun aspek hukum UU Cipta Kerja," kata dia.

              Dalam  forum  itu,  Asep  Saefuddin  yang  merupakan  anggota  Dewan  Penasihat  FRI  sekaligus
              Rektor  Universitas  Al  Azhar  Indonesia,  menyampaikan  apresiasi  atas  upaya  sosialisasi
              pemerintah yang cukup masif.

              Namun, ia mengatakan untuk hal-hal yang sensitif dalam UU Cipta Kerja diseminasi informasi
              dirasakan masih kurang.

              "Untuk itu, ada baiknya pemerintah memperluas sosialisasi dengan stakeholder seperti Serikat
              Pekerja, organisasi masyarakat seperti NU dan Muhammadiyah, organisasi mahasiswa seperti
              BEM, Kelompok Cipayung, dan juga tentunya FRI," kata dia.
















                                                           234
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240