Page 107 - 00. Buku Suplemen Pendidikan Pemilih Draf
P. 107
Sistem demokrasi Pancasila sebagaimana yang dibicarakan pada bagian atas tidak dating
dengan sendirinya namun tetap saja bersumber dari berbagai macam kearifan local dalam
masyarakat Indonesia. Berikut beberapa contoh kearifan local suku bangsa di Indonesia yang
mendukung terbentuknya sistem Demokrasi Pancasila di Indonesia.:
1. Minangkabau
“Bulek Aia Dek Pambuluah Bulek Kato Dek Mupakaik Nan Bulek Samo Kito Golongkan Nan
Picak Samo Kito Layangkan”
Falsafah diatas mengandung Arti bahwa kata sepakat itu pada intinya didapat dari hasil
perundingan dalam musyawarah. Dan apapun yang dihasilkan dari proses musyawarah harus
dijalankan secara Bersama-sama.
Bahwa jika kita cermati lebih detail lagi, dalam tersebut terdapat perumpamaan yaitu air = Kata-
kata (buah fikir) dan pembuluh (Bambu) = Mufakat (Musyawarah) artinya disini bahwa setiap
kata-kata (buah fikir) yang disampaikan oleh masing-masing pihak hendaklah seperti air yang
menyejukan dan Jernih (artinya Jelas atau faham pokok persoalan atau bersifat positif tanpa
adanya unsur negatif seperti amarah, curiga, kata cacian, hinaan, akal bulus, Dll.) serta tidak
kaku atau keras kepala namun dapat melebur bersama, dan diwadahi dengan musyawarah yang
diibaratkan seperti Pembuluh (Bambu) yang mana jika dilihat ialah wadah yang lurus (Jelas
Alurnya) serta wadah atau Penambung yang bagus serta sejuk didalamnya dan jika di isi air
diatasnya tidak akan mendidih ketika dipanaskan.
Makna dari “Nan Bulek Samo Kito Golongkan Nan Picak Samo Kito Layangkan”
Mengandung makna bahwa apapun bentuk hasil kesepakatan tersebut harus dilaksanakan
bersama. Cara pelaksanaan kesepakatan itu tergantung dari bentuk hasil kesepakatan yang
disepakati tersebut. Disisni dapat kita fahami bahwa segala sesuatu bentuk Permasalahan yang
dihadapi oleh orang Minangkabau haruslah selalu diselesaiakan secara Musyawarah, apabila
tercapai kesepakatan bagaimana pun juga bentuk kesepakatan tersebut tetap harus dilaksanakan
bersama menggunakan cara tertentu tergantung bagaimana bentuk kesepakatannya.
2. Jawa
Ana rembug dirembug
Prinsip pemahaman dari makna kearifan local ini adalah bahwa semua hal sesungguhnya bisa
diselesaikan melalui proses komunikasi politik yang baik. Anarembug dirembug, artinya adalah
musyawarah, dialog atau berdiskusi untuk mencari kesepahaman. Makna local wisdom berbasis
Jawa ini sangat baik dan positif untuk mengatasi berbagai permasalahan menyangkut pemilukada
langsung. Mispersepsi sangat mungkin terjadi dalam ketatnya kompetisi politik. Melalui
komunikasi, diskusi dan kesepahaman dapat dicapai sehingga persoalan dapat diselesaikan.
3. Bugis
Dalam naskah Lontarak terdapat kata “amaradekangeng” yang berasal dari kata dasar
“maradeka” yang berarti merdeka atau bebas. Istilah ini mencerminkan telah diakuinya azas-azas
hak azasi warga yang hidup dibawah naungan kerajaan-kerajaan di area kebudayaan Bugis masa
lampau, seperti Bone dan Nepo.
Pengertian dari amaradekangeng tersebut secara eksplisit menjelaskan adanya tiga macam
kebebasan dalam diri manusia Bugis, yakni kebebasan berkehendak, kebebasan berpendapat dan
kebebasan bepergian atau berpindah tempat. Hal ini tentunya mencerminkan prinsip Demokrasi
SOSIOLOGI XII Suplemen Pendidikan Pemilih 103