Page 16 - Modul_Ferditia Karna Juwana
P. 16

enam bulan kemudian. Ibunya meninggal. Kereta kuda tercepa
                           dari ibukota datang menjemput.”
                          (Kutipan halaman 15-16 paragraf ke-5 dan paragraf ke-2)



                           “Bulan  kedua  setelah  mereka  berpisah,  Nayla  mengirimkan
                           surat yang  penuh  bercak  di  sana-sini. Ia  pasti  menangis  saat

                           menuliskan  kata  demi  kata.  Tangannya  mestilah  gemetar
                           menorehkan  tinta.  Huruf-hurufnya  bergoyang.  Keras  surat  itu
                           penuh sisa-sisa kesedihan terlebih lagi isinya.
                           Marguiretta yang membacakan untuk Jim.
                           Keluarga Nayla menjodohkannya dengan seorang pemuda dari
                           kaumnya.  itu  permintaan  terakhir  mendiang  ibu  Nayla.
                           Pernikahan akan segera dilangsungkan enam purnama lagi.”
                               (Kutipan halaman 17 paragraf ke-2 dan ke-3)

                        Akhirnya  Nayla  mengambil  keputusan  yang  besar  dia  menenggak

               sebotol  racun  dikamar  persinggahan  yang  membuat  Jim  menjadi  sedih  dan

               gamang dengan kehidupannya.  Seperti kutipan berikut ini.


                           “Secarik  kertas  yang  dibawa  pesuruh  itu  menyebut-nyebut
                           Nayla-nya. Berita buruk. Seburuk apa? ada apa dengan Nayla-
                           nya? Apa yang terjadi? Tertegun. Gerakan tubuh Jim terhenti.
                           Seketika.
                           Lihatlah!  Nayla  terbaring  di  atas  tempa  tidur.  Begitu  damai
                           dalam tidurnya. Tersenyum bahagia. Cahaya matahari pagi yang
                           menerobos  kisi-kisi  jendela  menyinari  mukanya.  Gaun  putih
                           yang dikenakannya menimbulkan kesan sendu yang mendalam.
                           wajah itu sudah membeku.
                           Hati Jim bagai diiris sembilu.
                           Ia jatuh terduduk disamping tempat tidur. Tertelungkup bagai
                           sehelai  kapas  jatuh.  Menutup  mukanya  dengan  kedua  belah
                           telapak  tangan.  Lama  sekali  tanpa  suara.  Hening.  Hanya

                           tubuhnya  yang  bergetar.  Hingga  pelan-pelan  terdengar  isak
                           tertahan. Mengeras. Jim merangkak mendekati kaki ranjang.



                                                                                                                  9
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21