Page 70 - E-MODUL KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI SASTRA
P. 70

dikreasikan dengan berbagai model sehingga tampak lebih kreatif dan
                             menarik serta untuk menirukan bunyi-bunyi nonverbal.
                                     Sebagaimana halnya genre sastra anak yang lain, komik pun
                             dapat  dijadikan  sebagai  sarana  komunikasi,  sarana  untuk
                             menyampaikan  sesuatu  kepada  pembaca.  Sesuatu  yang  dimaksud
                             dapat bermacam-macam mulai dari cerita, pesan, dan bahkan sampai
                             hal-hal  yang  berbau  ilmiah  sekalipun.  Namun  demikian,  makna
                             komunikasi yang ingin disampaikan tersebut haruslah tetap dikemas
                             dalam gambar-gambar dan balon teks verbal yang menunjukkan jati
                             diri  komik.  Dengan  kata  lain,  pesan-pesan  komunikasi  itu  mestilah
                             dibungkus dalam wujud cerita komik sehingga tampil sebagai sesuatu
                             yang ringan.
                                 Gambar  dalam  komik  merupakan  gambar-gambar  statis  yang
                             berurutan  yang  saling  berkaitan  satu  dengan  yang  lain  sehingga
                             membentuk  sebuah  cerita.  Dalam  hal  ini,  McCloud  (Nurgiyantoro,
                             2016  :  410)  menyatakan  bahwa  komik  ialah  gambar-gambar  dan
                             lambang-lambang  lain  yang  terjukstaposisi  dalam  urutan  tertentu
                             untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis
                             dari  pembaca.  Jadi,  dalam  sebuah  komik  mestilah  ada  gambar-
                             gambar dan lambang-lambang yang berdekatan, berdampingan, dan
                             atau bersebelahan dalam urutan tertentu. Gambar-gambar itu sebagai
                             suatu tanda semiotik tentulah juga sekaligus berlaku sebagai lambang
                             sesuatu yang lain, baik yang berwujud aktivitas, subjek, maupun yang
                             lain. Bahkan kata-kata yang menyertai gambar-gambar tersebut dapat
                             dipandang sebagai gambar statis adalah lambang-lambang juga.

                      c.   Ciri Sastra Anak
                                Menurut Sarumpaet (2010: 29-32) ada 3 ciri yang menandai sastra
                         anak  itu  berbeda  dengan  sastra  orang  dewasa.  Tiga  ciri  pembeda  itu
                         berupa: (1) unsur pantangan, (2) penyajian dengan gaya secara langsung,
                         dan (3) fungsi terapan.
                                Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan
                         dengan tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sastra
                         anak  menghindari  atau  pantangan  terhadap  persoalan-persoalan  yang
                         menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
                         kebencian,  kekejaman,  prasangka  buruk,  kecurangan  yang  jahat,  dan
                         masalah kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang
                         diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman
                         ibu  tiri,  dan perlakuan  yang  tidak  adil  pada tokoh  protagonis, biasanya
                         amanatnya  lebih  disederhanakan  dengan  akhir  cerita  menemui
                         kebahagiaan. Contoh sastra anak adalah Putri Salju, Cinderella, Bawang
                         Merah dan Bawang Putih, dan Putri Angsa.
                                Penyajian  dengan  gaya  secara  langsung  adalah  bahwa  sajian
                         cerita  merupakan  deskripsi  secara  singkat  dan  langsung  menuju
                         sasarannya,  mengetengahkan  gerak  yang  dinamis,  dan  jelas  sebab-
                         sebabnya. Deskripsi itu diselingi dengan dialog yang wajar, organis, dan
                         hidup. Melalui pengisahan dan dialog itu terwujud suasana yang tersaji
                         perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya





                                                                                                     65
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75