Page 93 - KELAS VIII AGAMA HINDU
P. 93
Selanjutnya dikisahkan bahwa maharsi markandeya berkehendak merambas hutan
untuk dijadikan sawah guna meningkatkan kesejahteraan para pengiringnya. Hutan yang
dirambas itu bernama desa sarwada sekarang bernama desa taro. Di desa sarwada inilah beliau
mendirikan tempat suci yang bernam pura desa taro. Pada tempat suci, ini beliau meninggalkan
sebuah prasasti yang isinya mengisahkan kebesaran jiwa maharsi markandeya. Selam menetap di
Bali, maharsi Markandeya secara berangsur-angsur mulai meningkatkan kepercayaan masyarakat
Bali.
f. Nusa Tenggara Barat
Perkembangan agama Hindu di Nusa Tenggara Barat ( Lombok) dapat kita ketahui dari
perjalanan suci (dharmayatra) Dang Hyang Nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan
Pangeran Sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra Hindu yang dapat kita
pergunakan sebagai refrensi bahwa Hindu pada masa itu telah berkembang sampai di nusa
tenggara barat. Keberadaan agama Hindu di NTB juga tidak lepas dari peran serta kekuasaan
raja-raja karangasem pada masa itu.
Masyarakat sumbawa sampai saat ini masih mengenal sebutan tuan semeru. Nama tuan
semeru adalah sebutan untuk Dang Hyang Nirartha. Hal ini memberikan indikasi bahwa beliau
pernah menyebarkan ajaran Hindu ke daerah ini. Sekarang, keberadaan agama Hindu di daerah
ini dikembangkan kemBali oleh transmigrasi asal Bali.
Prasasti Bendosari yang berangka tahun 1272 saka memuat kata-kata Bhairawa, Sora, dan
Budha. Prasasti ini diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan raja hayam wuruk di jawa.
Hal ini memberikan indikasi bahwa raja hayam wuruk juga sebagai pemuja sakti, surya, dan
buddha. R. Goris dalam bukunya sekte-sekte di Bali menyebutkan bahwa agama Hindu
berkembang di Bali dengan berbagai sekte. Disebutkan ada sembilan sekte yang mendominasi,
antara lain sekte siwa siddhanata-pacupata-bhairawa-wesanawa-bodha / sogata-brahma-rsi-sora,
dan ganesha. Keberadaan berbagai sekte tersebut sampai sekarang masih hidup dan berkembang
serta lulu menyatu menjadi siwa-siddhanta.
93