Page 7 - MODUL kelompok 1
P. 7
dari koromandel, sutera dari Cina, kain dari Arab, kain bersulam emas dari Tiongkok , kain sutera
dari India, kain satin, kipas dari Tiongkok, minyak wangi dari Persia, dan hiasan lain-lain.
Lalu lintas perdagangan jalur laut melalui pelabuhan Malaka sangat strategis pada pada abad
ke-15 dan 14. Seluruh kapal laut dari Indonesia dan Tiongkok yang ingin melaut ke bagian barat
lewat Selat Malaka. Seluruh kapal laut yang berasal dari wilayah yang berada di sebelah barat
Malaka, seandainya ingin melaut ke Indonesia atau Tiongkok akan lewat Selat Malaka,
dikarenakan masa itu Malaka merupakan pelabuhan pertama di selat Malaka. Oleh sebab itu,
Malaka memiliki kekuasaan perniagaan antara wilayah yang letaknya di bagian barat, timur, dan
utaranya.
Berkembangnya Pelabuhan Malaka yang pesat sangat berakibat baik untuk kemajuan bahasa
Melayu. Sejalur dengan perlintasan perniagaan, bahasa Melayu dipakai untuk bahasa sehari-hari
dalam perniagaan dan untuk mensyiarkan agama Islam supaya mudah tersebar ke pelosok Negeri,
dimulai dari Sumatra hingga ke bagian Timur Negeri Indonesia.
Berkembangnya Malaka tumbuh menjadi pesat, tidak bertahan lama dikarenakan Malaka
tahun 1511 dikuasai oleh armada Portugis dan tahun 1641 juga dikuasai oleh pemerintah
Belanda. Dengan istilah lain, hampir semua pelosok Indonesia dikuasai oleh Belanda.
Belanda, ibarat negara asing yang menyukai rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak
senang jika hanya memperoleh rempah-rempah dari pedagang Gujarat. Oleh sebab itu, mereka
mendatangi kawasan rempah tersebut. Pada tahun 1596 tibalah para pedagang dari Belanda ke
kawasan Banten yang kelompoknya bernama VOC (Vereenigde Oost Indische CompSagnie).
Tujuan paling dasar VOC yaitu untuk berjualan, tetapi saat tahun 1799 Indonesia dipegang alih
oleh para pemerintah Belanda. Dengan hal begitu, tujuan mereka tidak sekedar untuk berdagang,
akan tetapi untuk tujuan pendidikan dan sosial.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Belanda ialah permasalahan bahasa untuk
berkomunikasi. Karena Tidak ada opsi lain maka pemerintahan Belanda mengunakan bahasa
Melayu untuk bahasa berintraksi dengan masyarakan Indonesia dikarenakan waktu itu bahasa
Melayu sangat banyak dipakai sebagai lingua franca di Indonesia. Pigafetta pada tahun 1521
ikut pelayaran Magelhaens menjelajah dunia, ketika kapal lautnya beristirahat di Todore mereka
menorehkan sebuah kata-kata yang berbahasa Melayu. Hal tersebut menunjukkan bahwa saja
bahasa Melayu yang terdapat dari Indonesia bagian Barat dan beredar secara meluas hingga ke
Timur indonesia.
2