Page 159 - Tere Liye - Bumi
P. 159

TereLiye “Bumi”   156




                  tumpukan buku tulis. Aku menarik buku itu, menyerahkannya pada Ali.

                  Dia yang paling genius di antara kami. Semoga dia tahu harus diapakan
                  buku ini. Sejak beberapa hari lalu, aku sudah menggunakan berbagai
                  cara, buku PR matematikaku ini tetap saja buku biasa.

                         Aku dan Seli menunggu tidak sabar.


                         Ali memeriksa buku itu, membuka halamannya, memperhati­kan
                  dari dekat, memeriksa setiap sudut, menepuk­nepuk pelan seperti
                  berharap ada yang akan jatuh. Akhirnya dia terdiam.

                         ”Apa yang kamu temukan?” aku bertanya.


                         ”Ini hanya buku PR biasa.” Ali menggeleng.

                         Aduh, aku juga tahu itu buku PR. Seli di sebelahku juga mengeluh.


                         ”Ada sesuatu yang menarik?” aku mendesak.

                         ”Eh, ada... Maksudku, nilai matematikamu jelek sekali, Ra.” Ali
                  membuka sembarang halaman, menunjukkan­nya kepadaku. ”Lihat,
                  hanya dapat nilai dua. Kamu tahu, per­samaan seperti ini bahkan bisa
                  kuselesaikan saat kelas empat SD.”


                         Sebenarnya kali ini Ali tidak mengucapkan kalimat itu dengan nada
                  sombong. Dia hanya lurus berkomentar, karena nilai  mate­matikaku
                  memang mengenaskan. Tapi aku jengkel sekali men­dengarnya. Aku
                  merebut buku PR  dari tangannya. Enak saja dia bilang  begitu dalam
                  situasi runyam, dengan seragam dan tubuh berlepotan debu, wajah dan
                  rambut kusut masai, bahkan kami tidak tahu apa yang terjadi pada Miss
                  Selena di aula sekolah sekarang.


                         ”Aku belum selesai memeriksanya, Ra.” Ali mengangkat bahu,
                  protes.

                         ”Kamu tidak memeriksanya,” aku menjawab ketus. ”Kamu hanya
                  melihat­lihat nilaiku.”


                         ”Sori.” Ali nyengir. ”Tapi itu kan juga  memeriksa. Eh, mak­sudku,
                  siapa tahu Miss Keriting menaruh kode atau pesan di nilai yang
                  ditulisnya. Aku janji memeriksanya lebih baik.”





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164